Topcareer.id – Kita sepertinya perlu benar-benar memahami pentingnya tidur. Tidur yang cukup akan mengatur nafsu makan, menghemat energi, dan bahkan mengurangi gejala kecemasan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di University of Berkeley, California menemukan bahwa selama tidur nyenyak atau slow-wave sleep, detak jantung dan tekanan darah akan turun secara eksponensial, yang secara efektif memengaruhi berbagai stresor pada hari itu.
Mereka yang gagal mencapai kualitas tidur secara teratur memiliki tingkat kecemasan yang meningkat hingga 30%.
“Kami telah mengidentifikasi fungsi baru tidur nyenyak, yaitu mengurangi kecemasan semalaman dengan mengatur kembali koneksi di otak,” kata penulis senior studi tersebut, Matthew Walker, seorang profesor ilmu saraf dan psikologi UC Berkeley kepada Science Daily.
“Tidur nyenyak tampaknya merupakan anxiolytic alami (penghambat kecemasan), selama kita melakukannya setiap malam.”
Baca juga: Cuma Butuh 3 Menit Turunkan Stres dan Kecemasan di Kantor. Begini Caranya
Walker dan timnya mengeksplorasi potensi tidur sebagai pengobatan non-farmasi untuk gangguan kecemasan.
Dengan memahami mekanisme pengaturan NREM, para peneliti berhipotesis bahwa keadaan ini juga dapat berfungsi sebagai obat untuk stres secara keseluruhan.
Dalam penelitiannya, mereka mulai dengan merekrut 18 orang dewasa muda. Sembilan peserta diperlihatkan rekaman video emosional setelah tetap terjaga sepanjang malam, sedangkan sembilan yang tersisa ditampilkan rekaman yang sama setelah menerima istirahat malam penuh.
Kualitas tidur diukur dengan MRI fungsional dan polisomnografi, dan tingkat kesusahan diukur dengan inventaris-sifat-kecemasan-inventaris (survei yang dibuat pada tahun 1963 untuk mendiagnosis kondisi psikologis dengan benar).
Pemindaian MRI mengungkapkan, semakin banyak tidur seseorang, semakin sedikit reaktif mereka terhadap klip video yang bergerak secara emosional.
“Orang dengan gangguan kecemasan secara rutin melaporkan mengalami gangguan tidur, tetapi memperbaiki jam tidur jarang dianggap sebagai rekomendasi klinis untuk menurunkan kecemasan,” kata pemimpin penelitian tersebut, Eti Ben Simon, yang juga seorang rekan pascadoktoral di Pusat Ilmu Tidur Manusia UC Berkeley.
Baca juga: Atasi Kecemasan Akibat Terlalu Banyak Makan saat Libur Panjang
Studi ini tidak hanya membangun hubungan sebab akibat antara tidur dan kecemasan, tetapi juga mengidentifikasi jenis tidur NREM yang dibutuhkan untuk menenangkan otak yang terlalu cemas.
“Tanpa tidur, otak seolah-olah terlalu berat pada pedal akselerator emosional, tanpa rem yang cukup. Tidur nyenyak memulihkan mekanisme prefrontal otak yang mengatur emosi kita, menurunkan reaktivitas emosional dan fisiologis, serta mencegah eskalasi kecemasan,” para penulis menyimpulkan.