Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Tuesday, April 23, 2024
redaksi@topcareer.id
Profesional

Apa Toxic Positivity dan Mengapa Itu Buruk?

Ilustrasi. (dok. The Onion)

Topcareer.id – Toxic positivity adalah situasi saat seseorang secara terus menerus mendorong orang lain yang sedang mendapat masalah agar tetap bisa melihat sisi baik kehidupan tanpa mempertimbangkan pengalaman yang dirasakan orang tersebut.

Proses kepositifan beracun menghasilkan penyangkalan, minimisasi, dan pembatalan pengalaman emosional manusia yang otentik. Sama seperti apa pun yang dilakukan secara berlebihan, ketika kepositifan digunakan untuk menutupi atau membungkam pengalaman manusia, itu justru menjadi beracun.

Seperti dilansir dari Thepsychologygroup.com, berikut ini tanda-tanda toxic positivity untuk membantumu mengenali bagaimana itu muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga: 5 Kalimat Andalan Bos Beracun untuk Memperdaya Karyawan

  • Menyembunyikan atau menutupi perasaanmu yang sebenarnya.
  • Mencoba “move on” dengan menjejalkan atau memaksa menghilangkan emosi.
  • Mencoba memberikan perspektif kepada seseorang (mis., “Yaelah masalah gitu aja, kamu pasti bisa lewatinnya kok”) daripada memvalidasi pengalaman emosional mereka.

Mengapa toxic positivity buruk untuk kesehatan kita?

Emosi yang ditekan
Beberapa studi psikologis menunjukkan bahwa menyembunyikan atau menyangkal perasaan mengarah pada lebih banyak tekanan pada tubuh dan atau meningkatnya kesulitan menghindari pikiran dan perasaan yang menyusahkan. Penting untuk mengakui kenyataan emosi dengan mengungkapkannya dan mengeluarkannya dari tubuh. Inilah yang membuat orang tetap waras, sehat, dan meredakan ketegangan yang disebabkan oleh penindasan kebenaran.

Baca juga: Tim yang Kamu Pimpin di Kantor Beracun? Begini Cara Atasinya

Isolasi dan masalah relasional
Dengan menyangkal kebenaran, kamu mulai hidup secara tidak otomatis dengan diri sendiri dan dengan dunia. Kmau jadi kehilangan koneksi dengan diri sendiri, sehingga sulit bagi orang lain untuk terhubung dan berhubungan denganmu. Kamu mungkin terlihat tidak mudah pecah dari luar, tetapi di dalam kamu hanya boneka beruang kecil yang ketakutan dan merindukan pelukan.

Jika kamu tidak bisa jujur tentang perasaan sendiri dengan menciptakan dunia emosional palsu, kamu akan menarik lebih banyak kepalsuan yang menghasilkan kedekatan palsu dan persahabatan yang dangkal. *

Editor: Ade Irwansyah

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply