Topcareer.id – Hingga Jumat (31/1/2020), 8.100 orang terinfeksi virus korona dan menewaskan 230 orang di China. Jumlah yang terinfeksi bahkan melampaui kasus sindrom pernapasan akut (SARS) 2003 yang menyerang 5.237 orang di China dengan angka kematian global hampir 800.
Wabah virus korona yang diyakini berasal dari pasar makanan laut di pusat kota Wuhan di Cina ini, juga telah menyebar ke negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, Perancis, dan beberapa negara lainnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pada hari Kamis (30/1/2020) waktu setempat, mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat global sebagai bagian dari tanggapan terhadap wabah virus korona yang baru.
Baca juga: Virus Corona Menyebar, Pria China Ini Bagi-bagi Kotak Misterius
WHO menyoroti kekhawatiran tentang penularan dari manusia ke manusia, terutama di Jerman, Vietnam dan Jepang, serta percepatan dari kasus-kasus penyakit yang dikonfirmasi. Pekan lalu, komite WHO memutuskan untuk tidak membuat pernyataan seperti itu, mencatat bahwa masih “terlalu dini” untuk melakukannya.
“Alasan utama deklarasi ini bukan karena apa yang terjadi di China tetapi karena apa yang terjadi di negara lain. Kekhawatiran terbesar kami adalah potensi penyebaran virus ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Kamis waktu setempat, sebagaimana dilaporkan Reuters.
Puncak wabah?
Beberapa negara telah mengeluarkan saran untuk tidak bepergian ke China dan provinsi Hubei. Juga mulai mengevakuasi warga dari Wuhan. Beberapa maskapai internasional pun mulai menangguhkan penerbangan ke China.
Para ahli mengatakan gejala terinfeksi virus korona sangat sulit untuk dideteksi dan banyak dari mereka yang meninggal karena penyakit itu memiliki kondisi kesehatan mendasar yang melibatkan sistem kekebalan yang melemah, seperti hipertensi, diabetes, atau penyakit kardiovaskular.
Pejabat WHO menekankan pentingnya memastikan koordinasi internasional tentang upaya untuk mencegah penyebaran virus. Selama konferensi pers, Ryan menjelaskan bagaimana secara resmi menyatakan darurat kesehatan masyarakat bisa ampuh untuk mengatasi wabah, sementara juga meminimalkan dampak pada perdagangan dan perjalanan internasional.
“Ada 194 negara yang menerapkan tindakan sepihak berdasarkan penilaian risiko mereka sendiri, dan itu adalah resep potensial untuk bencana,” jelasnya.
Ryan mengatakan virus itu “sangat stabil” dan tidak ada ilmuwan atau orang bijak di planet ini yang akan memberi tahu kapan puncak epidemi ini akan terjadi.
WHO mengatakan telah meminta negara-negara anggota untuk berbagi data terstandarisasi dengan organisasi setiap hari sehingga organisasi dapat bekerja untuk melacak evolusi penyakit.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus bertemu dengan Presiden China Xi Jinping untuk membahas kolaborasi lanjutan mengenai langkah-langkah pencegahan di Wuhan, langkah kesehatan masyarakat di kota-kota lain, serta penelitian lebih lanjut tentang tingkat keparahan dan penularan virus. Pejabat China telah mengindikasikan bahwa mereka akan bekerja sama.
“Kita harus fokus pada episentrum wabah. Mengelola wabah di pusat wabah membantu kita dari agar virus tak menyebar ke seluruh dunia. Jika memiliki beberapa episenter, ini menyebabkan kekacauan,” kata Tedros pada konferensi pers hari Rabu.
Tingkat kematian dari kasus yang diketahui dan kematian adalah sekitar 2%, menurut Ryan. Tetapi Dr. Maria Van Kerkhove, kepala penyakit yang baru muncul dan zoonosis di WHO, mencatat bahwa masih terlalu dini untuk membuat pernyataan konklusif apa pun tingkat mortalitasnya. *
Editor: Ade Irwansyah