Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Saturday, April 27, 2024
redaksi@topcareer.id
Lifestyle

Dunning-Kruger Effect, Bagaimana Bisa Terjadi?

Ilustrasi. (dok. All Ears English)

Topcareer.id – Efek Dunning-Kruger adalah jenis bias kognitif di mana seseorang keliru menilai kemampuannya. Mereka percaya bahwa mereka lebih pintar dan lebih mampu daripada yang sebenarnya.

Pada saat yang sama, mereka menganggap pendapat orang lain itu bodoh, tidak beralasan dan seutuhnya salah. Efek Dunning-Kruger ini bisa terjadi pada siapa saja, bahkan pada orang yang sudah ahli pada suatu bidang.

Pada dasarnya, orang berkemampuan rendah tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mengenali ketidakmampuan mereka sendiri. Kombinasi dari kesadaran diri yang buruk dan kemampuan kognitif yang rendah menyebabkan mereka jadi terlalu tinggi dalam menilai kemampuan mereka sendiri.

Baca juga: Atychiphobia dan Cara Mengatasinya

Efek ini dinamai sesuai dengan nama peneliti David Dunning dan Justin Kruger, dua psikolog sosial yang pertama kali menggambarkannya.

Kamu mungkin pernah melihat fenomena ini di kehidupan nyata. Misalnya saat sedang hangout bersama teman-teman, salah seorang temanmu mulai berbicara panjang lebar tentang suatu topik, lalu dengan berani menyatakan bahwa ia paling benar dan menganggap pendapat orang lain itu bodoh.

Mungkin jelas bagi semua orang di ruangan itu bahwa orang ini sebetulnya tidak tahu apa yang dia bicarakan, namun dia terus mengoceh, hingga tanpa sadar mengabaikan ketidaktahuannya sendiri.

Jadi efek Dunning-Krugger terjadi saat seseorang memperoleh secuil informasi dari suatu topik, namun membuatnya merasa paling berpengetahuan luas.

Baca juga: Dentophobia, dan Cara Mengatasinya

Sebaliknya, Dunning dan Kruger menemukan bahwa orang yang benar-benar ahli justru memiliki pandangan yang lebih realistis tentang pengetahuan dan kemampuan mereka sendiri.

Pada dasarnya, individu dengan skor tertinggi ini tahu bahwa mereka di atas rata-rata, tetapi tidak yakin betapa baiknya kinerja mereka dibanding orang lain.

Ini terjadi bukan karena para ahli tidak tahu seberapa baik informasi yang mereka punya, tetapi karena mereka cenderung percaya bahwa orang lain juga berpengetahuan luas.

Editor: Feby Ferdian

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply