TopCareerID

Agar Kamu Tidak Jadi Job Hopper atau Kutu Loncat Terus-menerus

Ilustrasi. (dok. Medium)

Topcareer.id – Pekerjaan impian adalah pekerjaan yang stabil dan aman. Tetapi waktu telah berubah. Saat ini, karier ideal bagi banyak profesional Gen Y (millenial) dan Gen Z adalah lebih banyak fleksibilitas, variasi, dan peluang baru. Tak heran generasi ini kerap jadi job hopper alias kutu loncat.

Namun, apakah terlalu sering berpindah-pindah kerja merupakan langkah yang bijak? Menjadi kutu koncat yang selalu berpindah-pindah kerja bisa memengaruhi prospek karier masa depan kamu.

Tentu saja, berganti-ganti pekerjaan tidak selalu merupakan jalan terbaik. Apalagi dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung. Meskipun statistik menunjukkan bahwa sering berganti pekerjaan adalah hal normal yang baru di masa kini, sebaiknya kamu jangan terlalu tergesa-gesa.

Saat ingin pindah kerja, luangkan waktu untuk memikirkan apa yang ingin kamu lakukan dan jelajahi semua peluang dengan atasan kamu saat ini.

Baca juga: Dampak Positif Memiliki Millenial dalam Perusahaan

Jika kamu telah berganti pekerjaan beberapa kali dalam waktu yang singkat, kamu mungkin berisiko digolongkan sebagai ‘kutu loncat’ oleh HRD perusahaan, dan ini kemungkinan besar akan berdampak negatif pada karier.

Selama proses wawancara, kamu akan bertujuan untuk mengesankan dan meyakinkan calon majikan bahwa kamu adalah seseorang yang bisa membuat komitmen jangka panjang.

Namun, bagi para HRD perusahaan, karyawan baru adalah investasi besar untuk bisnis dan kandidat dengan riwayat kerja yang tidak stabil bisa menjadi perhatian besar. Lagi pula, ada biaya yang signifikan terkait dengan rekrutmen, belum lagi waktu dan upaya yang diperlukan, serta gangguan yang disebabkan oleh pergantian staf.

Baca juga: Selain Gaji, Ini yang Dicari Milenial saat Bekerja

Menimbulkan pertanyaan dari sejarah karier

Karenanya, sejarah karier kamu yang berpindah-pindah akan menimbulkan pertanyaan seperti, “Apakah kamu sulit bergaul?”, “Apakah kamu tidak loyal?”, “Apakah kamu selalu merasa tidak puas?” dan yang paling penting “Apakah kamu akan tinggal untuk jangka panjang, atau pergi saat ada tawaran kerja lain?”.

Agar kamu tidak menjadi kutu loncat pekerjaan atau job hopper, pastikan kamu melihat situasi sebelum melompat. Kamu harus selalu menantikan peluang baru.

Tetapi kamu juga harus melihat ke belakang, untuk memastikan jejak yang kamu tinggalkan tidak akan mempengaruhimu lebih jauh.

Baca juga: Baikkah Jadi Si Kutu Loncat?

Garis tipis

Bagaimanapun, ada garis tipis antara mendapatkan pengalaman kerja yang luas di berbagai bidang dengan dipandang sebagai seseorang yang tidak dapat membuat komitmen jangka panjang kepada perusahaan.

Pastikan saat kamu mengejar peluang baru, itu bisa mengatasi masalah mendasar yang kamu miliki dengan peran yang ada. Jangan lupa untuk melihat ke dalam lebih dulu. Mungkin saja kamu tidak perlu meninggalkan perusahaan yang sekarang, karena bisa saja ada peran lain pada departemen yang berbeda dan lebih cocok untuk kamu.

Jika kamu selalu ragu hendak ke mana tujuanmu, mungkin ada baiknya kamu mencari konseling karier. Ini bisa membantumu untuk menerima beberapa saran ahli, sebelum kamu memiliki terlalu banyak pengalaman kerja di tempat berbeda untuk ditambahkan ke CV. *

Exit mobile version