Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Friday, March 29, 2024
redaksi@topcareer.id
Lifestyle

Gunung Merapi Erupsi, Ini Dampak Abu Vulkanik Bagi kesehatan

Erupsi gunung Merapi awal Maret 2020. (dok. IDN Times)

Topcareer.id – Gunung Merapi kembali meletus pada Selasa (3/3/2020) kemarin dan menyemburkan abu vulkanik setinggi 6.000 meter. Letusan disertai luncuran awan panas dua kilometer ke arah hulu Kali Gendol dan arah angin erupsi ke utara.

Gunung Merapi (2.930 mdpl) terakhir meletus dan menyemburkan abu vulkanik tebal ke udara pada Kamis 13 Februari 2020 lalu. Abu ini memiliki dampak pada kesehatan manusia.

Kenali abu vulkanik dan apa dampaknya. Seperti dilansir dari Nationalgeographic.org, Rabu (4/3/2020) Abu vulkanik yang disemburkan oleh Gunung Merapi terbentuk dari pecahan kecil batu bergerigi, mineral, dan kaca vulkanik. Berbeda dengan abu lunak yang diciptakan oleh pembakaran kayu.

Sifatnya keras, abrasif, dan tidak larut dalam air. Secara umum, partikel abu vulkanik berukuran 2 milimeter (0,08 inci) atau lebih kecil.

Baca juga: Minat Jadi Pemandu Gunung? Ini Bekal yang Harus Dimiliki

Abu vulkanik merupakan produk letusan gunung berapi yang eksplosif. Ketika gas di dalam ruang magma gunung berapi meluas, mereka dengan keras mendorong batuan cair (magma) ke atas dan keluar dari gunung berapi.

Di udara, magma mendingin dan membeku menjadi pecahan batu dan kaca vulkanik. Erupsi juga dapat menghancurkan batu padat dari ruang magma dan gunung berapi itu sendiri. Fragmen batuan ini dapat bercampur dengan fragmen lava yang memadat di udara dan menciptakan awan abu.
 
Angin membawa partikel abu vulkanik menuju jarak yang sangat jauh. Abu vulkanik bisa ditemukan ribuan kilometer jauhnya dari lokasi erupsi. Semakin kecil partikelnya, semakin jauh angin akan membawanya.

Dampak abu vulkanik
 
Gumpalan abu vulkanik dapat menyebar di langit yang luas, mengubah cahaya matahari menjadi gelap dan secara drastis mengurangi jarak pandang.
 
Awan abu ini sering disertai dengan guntur dan kilat. Petir vulkanik adalah fenomena unik dan para ilmuwan masih terus memperdebatkan cara kerjanya.

Abu vulkanik kadang-kadang bisa mencapai stratosfer (lapisan atas di atmosfer Bumi). Puing-puing gunung berapi ini dapat mencerminkan radiasi matahari yang masuk dan menyerap radiasi daratan yang keluar dan menyebabkan pendinginan suhu Bumi.
 
Baca juga: Peran Pemandu Gunung Bisa Kurangi Angka Kecelakaan Pendaki

Di udara, abu vulkanik memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi pesawat terbang yang melintas. Partikel batu dan kaca yang kecil dan abrasif dapat meleleh di dalam mesin pesawat terbang dan mengeras pada bilah turbin, ini bisa menyebabkan mesin berhenti.
 
Sementara itu di darat, abu vulkanik dapat berdampak pada infrastruktur seluruh masyarakat dan wilayah. Abu dapat masuk dan mengganggu fungsi mesin industri, pasokan air, pengolahan limbah, dan fasilitas komunikasi.

Hujan abu vulkanik yang lebat juga dapat menghambat lalu lintas jalan dan kereta api serta merusak kendaraan.
 
Ketika abu vulkanik tercampur dengan air hujan, akan berubah menjadi lumpur berat seperti semen yang mampu merubuhkan atap.

Abu vulkanik juga merupakan ancaman bagi ekosistem, termasuk kesehatan manusia dan hewan. Karbon dioksida dan fluor, merupakan gas yang bisa beracun bagi manusia.

Jatuhnya abu yang dihasilkan dapat menyebabkan gagal panen, kematian hewan dan penyakit bagi manusia. Partikel abrasif abu vulkanik juga dapat menggores permukaan kulit dan mata, menyebabkan ketidaknyamanan dan peradangan.
 
Jika terhirup, abu vulkanik dapat menyebabkan masalah pernapasan dan merusak paru-paru. Menghirup sejumlah besar abu dan gas vulkanik dapat menyebabkan seseorang mati lemas. *

Editor: Ade Irwansyah

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply