Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Friday, November 22, 2024
idtopcareer@gmail.com
Tren

Pandemi Bikin Banyak Negara Sulit Bayar Utang

Warga Italia. (dok. Guardian)

Topcareer.id – Pandemi Covid-19 menyebabkan perekonomian jatuh. Pemerintah secara global meningkatkan pengeluaran untuk membatasi kerusakan ekonomi akibat pandemi. Hal itu membuat meningkatnya jumlah negara yang susah membayar utang-utangnya dalam 12-18 bulan mendatang.

“Saya pikir kita akan melihat beberapa masalah di sana, mungkin kita bisa melihat krisis zona euro kembali dengan negara-negara seperti Yunani atau Italia kemungkinan berada di pusat itu,” ucap Simon Baptist, kepala ekonom global, dalam laman CNBC.

“Di seluruh dunia yang sedang berkembang, saya akan memilih negara-negara seperti Afrika Selatan dan Brasil yang kemungkinan akan mengalami krisis lebih lanjut sebagai akibat dari ini. Dan, tentu saja, Argentina secara efektif kembali ke default yang berdaulat.”

Virus corona, yang telah menginfeksi lebih dari 1,9 juta orang di seluruh dunia, menyebabkan pemerintah mengambil tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yakni lockdown seluruh negara atau kota. Ini tentu saja menghentikan banyak kegiatan ekonomi dunia.

Baca juga: Ingin Bebas Utang di 2020? Hemat Pengeluaran Ini Dulu

The International Monetary Fund (IMF) pada Selasa (14/4/2020) mengungkapkan perkiraan ekonominya. Mereka memprediksi ekonomi global menyusut 3% tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya, yakni pertumbuhan 3,3%.

Banyak pemerintah telah mengumumkan stimulus untuk mendukung ekonomi masing-masing. Beberapa di antaranya mengambil lebih banyak utang untuk mendanai pengeluaran tersebut.

Amerika Serikat telah meningkatkan penerbitan sekuritas Treasury, sementara Jerman yang biasanya konservatif secara finansial, berencana meningkatkan pinjaman sebanyak 150 miliar euro (USD 164,4 miliar).

Baca juga: Trik Keluar dari Jeratan Utang Walau Gaji Kecil

Namun demikian, Baptist menyebut tak semua pemerintah bisa mendapatkan dana yang mereka cari. Mereka yang berada di negara berkembang akan menghadapi tantangan besar dalam meyakinkan investor internasional untuk meminjamkan lebih banyak uang, terutama ketika para investor mencari tempat yang lebih aman untuk memarkir dana mereka.

“Banyak pasar negara berkembang yang bergantung pada investor internasional, mereka merasa lebih sulit untuk meminjam dalam mata uang lokal, meskipun ada beberapa pengecualian,” kata ekonom tersebut.

“Saat ini, dengan peralihan besar ke penghindaran risiko di pasar internasional, meskipun mungkin ada beberapa pemerintah negara berkembang yang ingin membelanjakan lebih banyak, mereka tidak akan bisa mendapatkan pendanaan,” ujarnya.

Sementara itu, Indonesia sendiri per Februari 2020 tercatat memiliki utang luar negeri (ULN) sebesar USD 407,5 miliar. Utang itu terdiri dari ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar USD 203,3 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD 204,2 miliar, menurut Bank Indonesia.

Editor: Feby Ferdian

Leave a Reply