Topcareer.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan tentang pengujian virus corona. Menurut WHO, tidak ada bukti tes serologis yang dapat menunjukkan apakah seseorang memiliki kekebalan atau tidak lagi berisiko terinfeksi ulang.
“Tes antibodi ini akan dapat mengukur tingkat kehadiran serologi itu, tingkat antibodi itu, tetapi itu tidak berarti bahwa seseorang dengan antibody punya kekebalan,” kata Dr. Maria Van Kerkhove, kepala unit penyakit dan zoonosis WHO, Jumat (17/4/2020) lalu.
Tes yang disebut serologis, atau antibodi, dapat menunjukkan apakah seseorang pernah memiliki Covid-19 di masa lalu dan apakah asimptomatik atau pulih.
Lebih dari 560.000 dari 2,1 juta kasus virus corona di seluruh dunia ditandai telah sembuh, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins. Namun, para ahli penyakit menular mengatakan total kasus kemungkinan jauh lebih tinggi karena orang tidak terdeteksi dan negara-negara kekurangan melakukan tes.
Baca juga: Rapid Test untuk Pegawai Kominfo Dan Pekerja Media, Gratis
Di Amerika Serikat, tes antibodi baru saja mulai diluncurkan. Presiden Donald Trump merekomendasikan negara-negara untuk menggunakan tes-tes itu ketika mereka mulai melonggarkan langkah social distancing.
Kerkhove mengatakan, para pejabat WHO menemukan banyak negara menyarankan tes ini yang mereka pikir mampu menjaring orang-orang yang dinilai menjadi ukuran kekebalan.
“Gunanya tes ini akan mengukur tingkat antibodi. Ini adalah tanggapan bahwa tubuh memiliki antibodi satu atau dua minggu kemudian setelah mereka terinfeksi virus ini, “katanya pada konferensi pers di kantor pusat WHO di Jenewa.
“Saat ini, kami tidak memiliki bukti bahwa penggunaan tes serologis dapat menunjukkan bahwa seseorang kebal atau terlindungi dari infeksi ulang.”
Dr. Mike Ryan, direktur eksekutif program kedaruratan WHO, mengatakan para ilmuwan juga masih menentukan berapa lama antibodi perlindungan mungkin ada dalam seseorang yang telah terinfeksi virus corona.
“Tidak ada yang yakin apakah seseorang dengan antibodi sepenuhnya terlindungi dari penyakit atau terkena lagi. Ditambah beberapa tes memiliki masalah dengan sensitivitas. Mereka mungkin memberikan hasil negatif palsu,” tambahnya.
Awal pekan ini, para pejabat WHO mengatakan tidak semua orang yang pulih dari virus corona memiliki antibodi untuk melawan infeksi kedua, meningkatkan kekhawatiran bahwa pasien mungkin tidak mengembangkan kekebalan setelah selamat dari Covid-19.
“Sehubungan dengan pemulihan dan kemudian infeksi ulang, saya yakin kami tidak memiliki jawaban untuk itu. Itu tidak diketahui,” kata Ryan, Senin. *
editor: Ade Irwansyah