Topcareer.id – Pandemi virus corona akan bikin bangkrut sebagian besar maskapai di seluruh dunia pada akhir Mei 2020 mendatang. Kecuali pemerintah dan industri mengambil langkah terkoordinasi untuk menghindari situasi seperti itu.
Konsultan yang berbasis di Sydney, CAPA Centre for Aviation memperingatkan dalam sebuah pernyataan pada Maret lalu bahwa sejumlah maskapai penerbangan kemungkinan telah mengalami kebangkrutan teknis atau telah melanggar perjanjian utang secara substansial.
Maskapai penerbangan harus menerima kenyataan bahwa cadangan uang tunainya menipis dengan cepat karena pesawat mereka tidak beroperasi. Andai kata bisa terbang, kapasitasnya juga hanya diperbolehkan setengah.
“Tindakan pemerintah dan industri yang terkoordinasi diperlukan sekarang, jika bencana itu ingin dihindari. Kalau tidak, masa krisis akan terasa seperti memasuki medan perang yang brutal, penuh dengan korban,” kata CAPA, dikutip dari laman Time.
Baca juga: Penerbangan Sepi Karena Corona, Maskapai Potong Gaji Karyawan
CAPA menilai, sebagian besar maskapai penerbangan terbesar di Amerika Serikat, China, dan Timur Tengah cenderung bertahan karena bantuan atau dukungan pemerintah dari pemiliknya.
Maskapai telah menjadi salah satu korban korporasi terbesar dari wabah saat virus ini menghentikan lalu lintas udara.
Maskapai penerbangan mulai dari American Airlines Group Inc, hingga Qantas Airways Ltd. Australia telah memangkas kapasitas, sementara beberapa seperti SAS AB Swedia memberhentikan sementara sebagian besar staf.
Flybe, maskapai regional terbesar di Eropa, telah runtuh. Maskapai penerbangan harus kehilangan pendapatan sebesar USD 113 miliar di tahun ini, menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional.
Editor: Feby Ferdian