Bagaimana vaksin bekerja
Senjata utama pengobatan modern melawan virus dan bakteri adalah vaksin. Sebetulnya, vaksin sendiri berasal dari kuman penyakit yang dilemahkan atau dimatikan. Vaksin dimasukan ke dalam tubuh manusia dengan cara disuntikkan atau diminum.
Virus di dalam vaksin tidak cukup kuat untuk menyebabkan penyakit, tetapi cukup kuat untuk mengaktifkan sistem kekebalan tubuh atau antibodi.
Antibodi ini hanya bisa diaktifkan jika ada ancaman dari luar. Prinsip dari vaksin adalah memancing aktifnya antibodi dengan cara memasukkan virus ke dalam tubuh. Namun, virus ini telah dilemahkan atau bahkan telah dimatikan, dan hanya diambil satu bagiannya yang dinamakan antigen, sehingga tidak akan membahayakan.
Ini ibarat menunjukkan poster “DICARI” kepada si antibodi. Jika virus yang sebenarnya masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan segera mengenalinya, lalu menyerang dan menghancurkan virus tersebut.
Tanpa vaksin, sistem kekebalan tidak dapat mengenali virus penyerang, jadi virus bebas menggandakan diri, menguasai tubuh dan menyebabkan penyakit, sebelum sistem kekebalan dapat bereaksi dengan semestinya.
Sebuah studi tahun 2003 di Belanda yang dikutip laman New Atlas mengatakan, para peneliti di sana menyimpulkan rata-rata membutuhkan waktu 10 tahunan mengembangkan vaksin dari mulai tahapan pra-klinis hingga memasarkannya ke publik.
Dalam catatan di blognya, Gatesnotes, jutawan pendiri Microsoft Bill Gates menulis membuat vaksin biasanya membutuhkan masa lima tahun. Katanya, begitu menargetkan penyakit yang hendak dibuat vaksinnya, vaksin yang dibuat di laboratorium harus diuji pada hewan terlebih dahulu dan melalui beberapa tahapan pada manusia.
Meringkasnya menjadi 12 sampai 18 bulan adalah langkah ambisius sekaligus pencapaian luar biasa dunia medis.
Cari tahu lebih jauh di halaman berikutnya>>