Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Friday, November 22, 2024
idtopcareer@gmail.com
Tren

(in-depth) Kala Vaksin Corona Tersedia, Apa Orang Kaya Bakal Dapat Lebih Dulu?

Ilustrasi. (dok. Global Times)

Pembuatan vaksin corona

Keberadaan vaksin corona sangat penting. Sebab ia akan menandai kemenangan manusia melawan wabah yang hingga akhi Mei 2020 menginfeksi hampir 5 juta orang dan mengakibatkan 300-an ribu orang meninggal.

Laman majalah Economist mencatat, vaksin corona akan memiliki dua kegunaan: mencegah orang yang belum terpapar virus menjadi sakit; dan dengan memberi vaksin pada orang yang berpotensi terpapar, berarti pula memutus mata rantai penyebaran virus sehingga yang belum divaksin juga terlindungi.

Sebuah vaksin yang dikatakan berhasil bila ia memenuhi dua syarat: aman dan efektif membunuh virus targetnya.

Aman berarti vaksin tidak menimbulkan efek negatif ketika masuk tubuh manusia. Sedikit demam atau rasa nyeri di bagian tubuh yang disuntik masih bisa diterima. Namun, vaksin seharusnya tidak menimbulkan penyakit baru pada manusia.

Efektif berarti sejauh mana vaksin itu mampu membasmi virus yang jadi lawannya. Kata Bill Gates, walau kita tentu ingin sebuah vaksin 100 persen mencegah datangnya penyakit, kebanyakan vaksin tak demikian.

Gates mencatat, sebuah vaksin yang 70 persen berhasil membasmi corona bisa dikatakan efektif. Vaksin yang faktor keberhasilannya 60 persen bisa diterima untuk digunakan. Sedangkan vaksin dengan tingkat efektivitas di bawah 60 persen akan cukup membangun imunitas kawanan (herd immunity) dalam sebuah populasi.

Ilustrasi. (dok. istimewa)

Tapi, sekali lagi, membuat vaksin butuh waktu tak sebentar dan rumit. Ada beberapa tahapan wajib yang harus dilalui, meskipun sudah memangkasnya jadi satu tahun.

Seperti dijelaskan Bill Gates dalam catatannya, sebuah vaksin yang telah dibuat haruslah melalui tiga tahap pengujian.

Pada tahap pertama, vaksin diuji coba keamanannya. Vaksin diujikan pada sekelompok kecil orang sehat. Mereka diberi dosis yang berbeda untuk mengetahui imunitas terbaik pada tingkat dosis terkecil tanpa efek samping serius.

Begitu formula vaksin diputuskan, lalu maju ke tahap kedua, yang menyasar sejauh mana vaksin bekerja efektif pada orang yang disasar. Di fase ini, ratusan relawan uji coba vaksin dilibatkan yang mencakup rentang usia dan status kesehatan berbeda.

Di tahap ketiga, vaksin diujicobakan pada ribuan orang. Ini biasanya fase paling lama, sebab membutuhkan apa yang disebut “kondisi penyakit alami.” Di fase ini, vaksin baru dikenalkan pada kelompok masyarakat yang berisiko terkena penyakit, kemudian dilihat berapa orang yang kebal dan yang jatuh sakit.

Baca juga: Rusia Siap Uji Coba Vaksin Corona pada Manusia Juni 2020

Setelah itu, vaksin baru didaftarkan ke badan pengawas obat dan makanan negeri pembuatnya, lalu juga ke WHO. Setelah mendapat sertifikasi baru kemudian diproduksi massal. Untuk bisa digunakan di negara lain, juga harus melalui pintu badan pengawas obat masing-masing negara.

Bagaimana vaksin ebola dibuat bisa menjelaskan ilustrasi di atas. Majalah Economist mencatat, wabah ebola yang dimulai tahun 2013 adalah wabah terbesar penyakit itu, mengakibatkan 11 ribu orang meninggal di Guinea, Liberia dan Sierra Leone di benua Afrika.

Cikal bakal vaksin ebola sudah mulai diteliti pada 1990-an, ketika ilmuwan Kanada meneliti bagaimana cara kerja penyakit itu. Mereka mengambil beberapa sel genetik virus ebola yang tak merusak lalu menginjeksikannya pada tikus. Sang tikus ternyata tak terpapar ebola, malah jadi kebal. Berkah kebetulan ini memungkinkan vaksin ebola dibuat. Namun, tak ada wabah yang terjadi untuk menguji coba efektivitasnya pada manusia.

Sampai, pada 2014 wabah ebola melanda Afrika Barat, vaksin itu diujicoba tahap satu di Inggris, Kenya, Amerika dan negara lain. Pada pertengahan 2015, uji coba tahap ketiga dilakukan di Guinea, negara yang terdampak wabah, dan dinyatakan berhasil. Vaksin ebola, dinamakan Ervebo saat ini telah dapat ijin penggunaan di seluruh dunia.

Sampai saat itu pengujian dari tahap satu ke tahap tiga yang hanya membutuhkan waktu 10 bulan, tak pernah terjadi sebelumnya. Namun, kenyataan bahwa hal itu pernah terjadi dan berhasil memberi kita harapan.

Cari tahu lebih jauh di halaman berikutnya>>

the authorAde Irwansyah

Leave a Reply