Perlombaan menjadi yang pertama
Perkembangan menggembirakan vaksin buatan Moderna juga memberi efek baik bagi perusahaan. Saham Moderna di bursa Wall Street, New York naik 25 persen pada perdagangan Senin pekan lalu.
Namun, dampak ekonomi pada perusahaan hanya salah satu efek kecil. Di saat banyak negara berlomba membuat vaksin corona, menjadi yang pertama dan membuktikan efektivitasnya menjadi prestise tersendiri. Selain Amerika yang kehilangan hampir 100 ribuan warganya oleh virus corona, mencipta vaksin menjadi sebuah tebusan dosa.
Begitu juga bagi China, tempat muasal virus tersebut. Menemukan vaksin yang efektif bagi China menjadi semacam pertanggung-jawaban negeri itu pada dunia. Selain, tentu saja, pembuktian superiotas ilmuwan dan sains China.
Dua negara adidaya ini tengah berlomba siapa cepat, dia juara.
Dikatakan Economist, sampai pertengahan April lalu, tiga calon vaksin corona telah melakukan tahap satu. Salah satunya vaksin yang dibuat CanSino Biologics, sebuah perusahaan bioteknologi China, yang bekerjasama dengan Akademi Kedokteran Sains Militer. Tahap kedua telah disetujui dan melibatkan 500 relawan di Wuhan.
Siapa pun pemenangnya kelak, bukan berarti setiap orang bisa langsung senang. Negeri pembuat vaksin tentu akan mendahulukan warga masing-masing. Ini akan membuat warga negara lain harus menunggu giliran pembagian vaksin.
Indonesia mungkin termasuk negara yang harus menunggu giliran pasokan vaksin, bila kita tak memproduksinya sendiri.
Pertengahan Februari silam, sebelum diumumkan penderita covid-19 pertama di Indonesia, peneliti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengklaim telah melakukan pembahasan awal dengan PT Bio Farma (persero) untuk membuat vaksin corona.
Namun, hingga kini belum ada kabar berita lagi sudah sampai tahapan mana penelitian tersebut, apakah sudah melakukan tahap satu atau belum.
Semoga saja kita berhasil membuat vaksin sendiri. Sebab, bila tidak, kita tak hanya harus hidup berdampingan dengan corona, namun juga turut menderita menyaksikan saudara-saudara kita sakit dan kehilangan nyawa, sementara warga negara lain menjadi kebal berkat vaksin. * Bahan dari berbagai sumber