Topcareer.id – Dunia sedang berjuang untuk menghadapi masalah lain yang diciptakan oleh virus corona, yaitu banjir limbah yang terkontaminasi.
Selama puncak krisis, Wuhan, kota di mana wabah mulai, telah menghasilkan 240 ton sampah medis dalam sehari, enam kali lipat dari tingkat normal, menurut Kementerian Lingkungan negara itu.
Manila menghasilkan 280 ton sampah medis perhari sehari, sementara Jakarta menghasilkan 212 ton, Asian Development Bank memperkirakan.
“Peningkatan yang signifikan terkait limbah medis mungkin terjadi di berbagai belahan dunia saat kita menghadapi puncak krisis, seperti yang telah kita lihat dalam data yang muncul dari Wuhan dan kota-kota lain di Asia,” kata Shardul Agrawala, kepala lingkungan dan divisi integrasi ekonomi di Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Baca juga: Wabah Corona, Limbah Plastik Meningkat Gara-gara Food Delivery
Pandemi memicu meningkatnya kembali permintaan untuk kemasan plastik, serta mendorong produksi barang-barang sekali pakai seperti masker, sarung tangan dan alat tes di mana plastik merupakan komponen utama.
Ini secara tak langsung mematahkan perjuangan bertahun-tahun pemerintah dan pencinta lingkungan dalam menjauhkan konsumen dari plastik sekali pakai, serta memotong emisi beracun dari insinerator perkotaan.
Pada bulan April 2020, 50 ton limbah infeksi menumpuk setiap hari di pusat medis Thailand, yang hanya memiliki kapasitas untuk secara efektif membakar 43 ton, menurut Lembaga Lingkungan Thailand.
Lockdown di banyak kota bisa menghambat upaya daur ulang untuk limbah kota normal. Pemerintah seringkali harus mengandalkan tungku yang sudah terlalu padat untuk menjaga agar sampah tidak menumpuk.
“Insinerasi mungkin menjadi solusi darurat untuk menangani peningkatan limbah medis, tetapi itu belum tentu solusi terbaik,” kata Agrawala dalam sebuah wawancara.
“Kualitas udara dan konsekuensi kesehatan masyarakat tentu saja merupakan aspek yang perlu kita perhatikan dengan seksama.”
Baca juga: Limbah Kopi Disulap Jadi Onderdil Mobil. Begini Caranya
Di banyak negara, limbah medis seperti masker bekas berakhir di tempat pembuangan sampah sebagai limbah campuran, atau hanya dibuang ke laut dan hanyut di pantai.
OceansAsia mengatakan telah menemukan banyak limbah masker bekas di Kepulauan Soko, gugusan kecil di lepas pantai Hong Kong, selama penelitian polusi plastiknya.
“Dampak lingkungan nyata akan ditentukan oleh bagaimana kita muncul dari krisis,” kata Agrawala. “Jika virus ini akan menjadi bagian dari kehidupan kita, kita harus menemukan solusi jangka panjang yang lebih berkelanjutan.” tulis Bloomberg.
Editor: Feby Ferdian