Topcareer.id – Gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya dialami salah satu tempat terdingin di Bumi. Yang baru saja terjadi itu mencapai angka yang mengejutkan.
Suhu di kota kecil Siberia Verkhoyansk mencapai 37.7 derajat celsius pada hari Sabtu (20/6/2020) lalu, menurut data cuaca. Ini adalah suhu tertinggi di suatu tempat dengan pemanasan tercepat di dunia.
Siberia cenderung mengalami perubahan besar dalam suhu bulan ke bulan dari tahun ke tahun, menurut Copernicus Climate Change Service (C3S), sebuah program yang berafiliasi dengan Komisi Eropa.
Tapi itu tidak biasa untuk suhu yang lebih hangat dari rata-rata, suhu di Siberia tetap di atas rata-rata sejak 2019.
Baca juga: 2020 Diprediksi jadi Tahun Terpanas
Verkhoyansk berada di Sungai Yana di Lingkaran Arktik dan selama musim dingin dianggap sebagai salah satu kota terdingin di dunia. Pada tahun 1892 suhu pernah turun hingga -32.3 derajat Celsius.
Suhu rata-rata bulan Juni 2020 di Verkhoyansk mencapai ketinggian hingga 37 derajat celsius dan mengkhawatirkan. Tanda-tanda menyedihkan terus berlanjut Senin (22/6/2020), ketika rekaman satelit menunjukkan beberapa kebakaran hutan di Siberia dekat Lingkaran Arktik.
Ilmuwan senior Layanan Pemantauan Atmosfer Copernicus, Mark Parrington, mencatat bahwa jumlah dan intensitas kebakaran hutan Siberia juga meningkat pesat.
Es di sungai-sungai Siberia pecah lebih awal pada bulan Mei, yang merupakan rekor terpanas pada bulan Mei di wilayah tersebut sejak pencatatan dimulai pada tahun 1979, C3S melaporkan.
Juga pada bulan Mei, lapisan es yang meleleh di bawah penyangga tangki menghasilkan tumpahan diesel “masif” di wilayah tersebut, yang dapat tumpah ke Samudra Arktik.
Baca juga: Pengaruh Corona pada Perubahan Iklim dan Kota Padat Penduduk
“Perubahan gelombang dramatis suhu di barat laut Siberia bulan lalu akan terjadi hanya sekali dalam 100.000 tahun jika bukan karena perubahan iklim,” kata ilmuwan iklim Martin Stendel.
Arktik memanas dua kali lebih cepat melalui proses yang dikenal sebagai amplifikasi Arktik. Pencairan es Arktik telah meningkat, menyebabkan lapisan salju musiman yang tidak seputih biasanya dan menyerap lebih banyak sinar matahari, yang mengarah pada lebih banyak pemanasan, menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA).
Kabar ini penting untuk seluruh dunia. Es yang mencair di Kutub Utara mengarah ke permukaan laut yang lebih tinggi, dan bukan hanya di Samudra Kutub Utara.
Selain itu, catatan laporan Arktik 2019 NOAA menemukan bahwa pencairan lapisan es di Arktik dapat melepaskan hingga 600 juta ton karbon bersih ke atmosfer per tahun. *
Editor: Ade Irwansyah