Topcareer.id – Kamu bisa pailit tanpa bangkrut, tetapi kamu tidak bisa bangkrut tanpa pailit.
Nah, bingung kan? Masih banyak orang menganggap bangkrut dan pailit keduanya sebagai hal yang sama, padahal mereka sangat berbeda. Kepailitan adalah masalah yang dirancang untuk dipecahkan oleh kebangkrutan.
Kepailitan merupakan ketidakmampuan untuk membayar hutang ketika jatuh tempo. Untungnya, ada solusi untuk menyelesaikan kepailitan, termasuk meminjam uang atau meningkatkan pendapatan sehingga kamu bisa melunasi hutang. Kamu juga dapat menegosiasikan pembayaran hutang atau rencana penyelesaiannya dengan kreditor.
Baca Juga: Apa Itu Resesi Ekonomi dan Apa Saja Indikatornya
Kebangkrutan biasanya merupakan alternatif terakhir ketika upaya lain untuk menutup hutang gagal.
Kepailitan vs Kebangkrutan
Kepailitan tidak sama dengan kebangkrutan. Kepailitan adalah keadaan kesulitan ekonomi, sedangkan kebangkrutan adalah perintah pengadilan yang memutuskan bagaimana seorang peminjam yang pailit akan berurusan dengan kewajiban yang belum dibayar.
Hal itu biasanya melibatkan penjualan aset untuk membayar kreditor dan menghapus utang yang tidak dapat dibayar. Kebangkrutan dapat sangat merusak peringkat kredit debitur dan kemampuan untuk meminjam selama bertahun-tahun.
Baca Juga: KUR Kini dapat Dinikmati seluruh Sektor Ekonomi
Seorang individu atau perusahaan dapat pailit tanpa bangkrut, terutama jika kepailitan bersifat sementara dan dapat diperbaiki. Kepailitan dapat menyebabkan kebangkrutan jika pihak yang pailit tidak berhasil mengatasi kondisi keuangannya.
Perusahaan yang bangkrut dapat berbalik arah dengan memotong biaya, menjual aset, meminjam uang, menegosiasikan kembali hutang atau membiarkan diri mereka diakuisisi oleh perusahaan yang lebih besar yang setuju untuk mengambil alih hutang perusahaan yang pailit dengan imbalan untuk mengendalikan produk atau layanannya.
Alasan kepailitan
Individu dan bisnis dapat menjadi pailit karena sejumlah besar alasan, tetapi beberapa yang paling umum adalah:
- Kehilangan pekerjaan atau pengurangan gaji
- Perceraian
- Tagihan medis
- Penggunaan kredit secara tidak bijaksana
- Manajemen keuangan yang salah**(RW)