Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Wednesday, April 17, 2024
redaksi@topcareer.id
Tren

Ekonom: Asia Tenggara Berjuang Keras Tumbuhkan Perekonomian

Thailand. Sumber foto: Business Traveller

Topcareer.id – Menurut Ekonom dari bank Jepang Nomura, beberapa ekonomi di Asia Tenggara memang lebih berhasil dalam mengatasi wabah virus corona, tetapi ketidakpastian global akan membatasi tingkat pemulihan ekonomi di kawasan tersebut.

“Secara umum untuk kawasan ini adalah pemulihan bentuk U terbaik, menurut saya, karena masih penuh ketidakpastian dan saya pikir risikonya masih condong ke sisi bawah,” kata Euben Paracuelles, Kepala Ekonom Asean Nomura, dikutip dari CNBC.

Pemulihan bentuk-U biasanya berarti ekonomi menghabiskan waktu lebih lama di dasar resesi sebelum secara bertahap pulih.

Dia menjelaskan, meskipun Thailand tampaknya berhasil menahan wabah, ekonominya masih akan mengalami “hambatan besar” dari kemerosotan pariwisata.

Ia menambahkan, pukulan dari sektor pariwisata kemungkinan akan berlanjut sampai kontrol perbatasan dilonggarkan atau vaksin sudah tersedia, yang akan memungkinkan orang untuk bepergian lagi.

Baca juga: Pemerintah Pacu Manufaktur Industri Sepeda Dalam Negeri

Sebuah laporan yang dirilis bulan lalu oleh Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan menyebut Thailand sebagai salah satu negara yang bisa menderita pukulan ekonomi terbesar akibat hilangnya pariwisata.

Dalam skenario paling optimis, Thailand akan kehilangan 9%, atau sekitar USD 47,7 miliar, dari produk domestik bruto, menurut laporan tersebut.

Sementara itu, lanjut dia, Singapura telah melonggarkan langkah-langkah penguncian parsial selama lebih dari sebulan. Tetapi, wabah virus corona secara global dapat mengancam permintaan luar negeri untuk barang dan jasa negara. Perekonomian Singapura bergantung pada permintaan eksternal mengingat pasar domestiknya yang kecil.

Negara-negara masih berjuang melawan wabah

Indonesia dan Filipina, dua negara terpadat di Asia Tenggara ini, masih berjuang untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 secara lokal.

Kedua ekonomi negara ini begitu menderita. Indonesia pada Rabu melaporkan kontraksi ekonomi pertamanya dalam lebih dari dua dekade setelah PDB kuartal kedua, menyusut 5,3% dari tahun lalu, sementara Filipina pada Kamis membukukan kontraksi 16,5% tahun-ke-tahun, sebagai rekor terdalam.

Baca juga: Teknologi 5G Membantu Otomasi Industri Manufaktur

“Filipina minggu ini juga memperketat penguncian di ibu kota Manila dan provinsi-provinsi terdekat. Sebuah langkah yang selanjutnya akan mempengaruhi aktivitas ekonomi,” kata Paracuelles.

Dia mencatat bahwa pemerintah Filipina belum mengeluarkan dana sebanyak beberapa negara di kawasan itu untuk meningkatkan perekonomian.

“Jika itu tidak terjadi dengan sangat mendesak, saya khawatir itu akan menimbulkan lebih banyak kekhawatiran, ketidakpastian bisnis akan tetap tinggi dan karena itu menghambat pemulihan,” katanya.

Untuk Indonesia, Paracuelles mengatakan semakin lama pihak berwenang mengendalikan wabah, semakin sulit langkah-langkah stimulus untuk meniadakan pukulan pada ekonomi.**(Feb)

Leave a Reply