Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Tuesday, December 3, 2024
idtopcareer@gmail.com
Sekolah

Pandemi Bikin 69 Juta Siswa Indonesia Tertinggal Jauh dari Pelajar Global

Topcareer.id – Sebuah penelitian menemukan bahwa pelajar Indonesia, yang sudah tertinggal dari rekan-rekan globalnya di beberapa daerah, dapat kehilangan kesempatan untuk mengejar ketinggalan karena akses mereka ke pendidikan terpukul oleh penutupan sekolah akibat pandemi.

Imbas pandemi ini membuat sekolah-sekolah di Indonesia tutup sejak Maret untuk daerah-daerah yang terbilang memiliki kasus Covid-19 yang parah.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam laporan situasi awal bulan ini, mengutip data yang menunjukkan anak-anak usia 9 hingga 14 tahun menyumbang 6,8% dari total kasus yang dilaporkan di Indonesia. Itu jauh di atas rata-rata global 2,5%.

Untuk negara dengan kualitas pendidikan yang sudah “rendah dan stagnan”, menutup sekolah akan menghambat hampir 69 juta siswa Indonesia dalam pembelajaran mereka, menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh thing tank Singapura ISEAS-Yusof Ishak Institute.

Baca Juga: Keren! Empat Siswa Indonesia Raih Medali Olimpiade Kimia Internasional

“Sebelum sekolah ditutup, kualitas pendidikan Indonesia sudah bisa dikatakan rendah dan stagnan,” tulis laporan yang dirilis pekan lalu.

Disebutkan bahwa kinerja siswa berusia 15 tahun di Indonesia dalam Program Penilaian Pelajar Internasional, atau PISA, tidak banyak berkembang antara tahun 2003 dan 2018.

“Oleh karena itu, penutupan sekolah menimbulkan risiko yang signifikan bahwa sedikit pembelajaran yang diperoleh siswa Indonesia di sekolah dapat berkurang,” tambahnya.

PISA adalah studi global oleh Organisation for Economic Co-operation and Development. Dilakukan setiap tiga tahun, studi tersebut membandingkan kinerja anak usia 15 tahun di seluruh dunia dalam berbagai bidang, seperti membaca, matematika, dan sains.

Pengurangan akses ke pendidikan

Laporan ISEAS-Yusof Ishak Institute menganalisis hasil dari sepuluh survei yang dilakukan antara April dan Juni tahun ini untuk memahami bagaimana pembelajaran di kalangan pelajar Indonesia dipengaruhi oleh penutupan sekolah.

Baca Juga: Survei: Pelajar Indonesia Nilai Polusi Jadi Tantangan Besar Bagi Dunia

Survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga Indonesia dan internasional ini mewawancarai kepala sekolah, guru dan siswa lintas jenjang pendidikan, serta orang tua anak usia sekolah.

ISEAS melakukan observasi berikut berdasarkan temuan survei:

– Diperkirakan 60% hingga 70% guru berinteraksi langsung dengan siswa atau melalui orang tua selama penutupan sekolah untuk memberikan umpan balik dalam pembelajaran. Banyak dari guru Indonesia berasal dari daerah perkotaan dengan siswa dari keluarga berpenghasilan menengah ke atas;

– Anak-anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi dengan orang tua yang lebih berpendidikan tampaknya beradaptasi lebih baik dengan belajar dari rumah. Tetapi kebanyakan siswa di Indonesia memiliki orang tua yang kurang berpendidikan;

– Sekitar setengah dari guru gagal mengadaptasi kurikulum berdasarkan tingkat pembelajaran siswa, yang lebih penting saat mengajar dari jarak jauh. Hal itu secara tidak proporsional akan memengaruhi “siswa yang berprestasi rendah”, yang mungkin merasa sulit untuk mengejar ketinggalan seiring kemajuan kurikulum;

– Sementara 90% guru menerima dukungan “operasional” seperti tunjangan untuk biaya internet, hanya 20% yang menerima dukungan akademis termasuk pelatihan tambahan.

Lembaga think tank menunjukkan bahwa sebagian besar survei sangat bergantung pada tanggapan online, sehingga hasilnya mungkin condong ke hasil yang memiliki koneksi internet. “Implikasi yang lebih besar adalah bahwa belajar dari rumah sepertinya tidak akan efektif di Indonesia,” tambahnya.**(RW)

Leave a Reply