Topcareer.id – Menurut laporan terbaru dari organisasi amal Save the Children, pandemi telah menempatkan 500.000 lebih anak perempuan dalam risiko dipaksa menikah dini tahun ini, membalikkan kemajuan setelah 25 tahun yang membuat tingkat pernikahan anak menurun.
Sebelum wabah global, 12 juta anak perempuan menikah setiap tahun, sekarang badan amal tersebut memperingatkan bahwa hingga 2,5 juta lebih anak perempuan dapat berisiko menikah dini selama lima tahun ke depan.
Mengutip CNN, menurut organisasi aman itu, dengan perkiraan 117 juta anak jatuh miskin pada tahun 2020, banyak yang akan menghadapi tekanan untuk bekerja dan membantu menafkahi keluarga mereka.
Baca Juga: Lockdown Akibat Pandemi Covid-19 Berdampak Negatif Pada Anak-anak
“Pandemi membuat lebih banyak keluarga jatuh ke dalam kemiskinan, memaksa banyak anak perempuan bekerja untuk menghidupi keluarga mereka, hidup tanpa makanan, menjadi perawat utama bagi anggota keluarga yang sakit, dan putus sekolah, dengan jauh lebih sedikit kesempatan daripada anak laki-laki untuk kembali,” kata Inger Ashing, CEO Save the Children International dalam siaran pers.
Pandemi tersebut menyebabkan penutupan sekolah dan pengalaman selama wabah Ebola menunjukkan bahwa banyak gadis tidak akan pernah kembali ke sekolah.
“Karena meningkatnya tekanan untuk bekerja, risiko pernikahan dini, larangan bagi gadis hamil untuk bersekolah, dan kehilangan kontak dengan pendidikan,” tulis laporan tersebut.
Masih menurut laporan itu, tahun ini, 191.200 anak perempuan di Asia Selatan akan terpengaruh secara tidak proporsional oleh risiko peningkatan pernikahan dini. Diikuti oleh Afrika Barat dan Tengah, di mana 90.000 anak perempuan berisiko nikah dini, Amerika Latin dan Karibia (73.400), serta Eropa dan Asia Tengah (37.200).
Anak perempuan yang terkena dampak krisis kemanusiaan, seperti perang, banjir, dan gempa bumi, menghadapi risiko terbesar pernikahan dini, catat laporan itu.
Sebelum pandemi, data menunjukkan perkawinan anak meningkat di antara populasi pengungsi. Di Lebanon, pernikahan dini di antara gadis-gadis pengungsi Suriah meningkat 7% antara 2017 dan 2018.
“Setiap tahun, sekitar 12 juta anak perempuan menikah, 2 juta di antaranya menikah sebelum ulang tahun ke-15 mereka. Setengah juta lebih anak perempuan sekarang menghadapi risiko kekerasan berbasis gender tahun ini saja, dan hanya ini yang kami ketahui. Kami yakin ini adalah puncak gunung es,” jelas Ashing.**(RW)