Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Saturday, May 4, 2024
redaksi@topcareer.id
Sekolah

1 Miliar Anak Diperkirakan Putus Sekolah Akibat Pandemi

Foto Ilustrasi (pixabay)

Topcareer.id – Presiden Bank Dunia, David Malpass nyatakan keprihatinannya akan kondisi pandemi yang mengakibatkan krisis yang berkepanjangan, termasuk dalam dunia pendidikan. Apalagi, adanya lonjakan infeksi gelombang kedua di berbagai negara yang membuat anak-anak memperpanjang waktu sekolah virtual.

Malpass mengatakan ada tantangan pendidikan di negara-negara kaya seperti Amerika Serikat saat sekolah beralih ke kelas virtual yang berpotensi menghalangi orang tua untuk kembali bekerja. Namun, dia mengatakan kekhawatirannya lebih banyak tentang negara lain.

“Pembelajarannya mundur. Itu adalah masalah khusus di negara berkembang. Kami pikir ada 1 miliar anak putus sekolah di negara berkembang menunggu, untuk pemulihan berlangsung. Jadi jika ada gelombang kedua, itu menjadi perhatian,” kata Malpass pada Rabu (14/10/2020), dikutip dari CNBC.

Baca Juga: DKI Jakarta Kembali Berlakukan PSBB Masa Transisi, Bagaimana Nasib Anak Sekolahan?

Malpass bukanlah yang pertama membunyikan alarm tentang dampak merugikan dari pandemi pada anak-anak. Bulan lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan bahwa setidaknya 24 juta siswa di seluruh dunia dapat putus sekolah sebagai akibat wabah Covid-19.

“Semakin lama anak-anak tidak bersekolah, semakin kecil kemungkinan mereka untuk kembali,” kata Henrietta Fore, direktur eksekutif Dana Anak-anak PBB, selama panggilan pers pada bulan September.

Malpass, mantan pejabat Departemen Keuangan AS yang menjadi presiden Bank Dunia pada 2019, menekankan perlunya mengendalikan pandemi melalui pengembangan terapi dan vaksin.

Ia mengatakan, kerusakan yang diakibatkannya sudah signifikan, dengan tambahan 150 juta orang yang sekarang diproyeksikan berada dalam kemiskinan ekstrim tahun depan. “Itu mewakili kondisi kemiskinan yang sangat parah di dunia karena pandemi dan penutupan,” katanya.

Baca Juga: 4 Syarat Sekolah Bisa Lakukan Belajar Tatap Muka

Jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem – artinya kurang dari USD1,90 per hari, menurut Bank Dunia – telah menurun selama sekitar seperempat abad.

Sementara resesi yang dipicu pandemi telah mereda di negara-negara kaya. “Selain China, banyak negara berkembang lebih buruk dari yang diperkirakan sebelumnya, jadi proses pemulihan yang tidak setara ini sedang berlangsung,” katanya.

Menurut Malpass, negara-negara berpenduduk tinggi dan miskin seperti India, Ethiopia dan Nigeria secara khusus menghadapi tantangan berat. Dia juga merujuk Zambia, yang pemerintahnya telah meminta penundaan pembayaran obligasi.

Dia mengatakan Bank Dunia, yang telah memberikan miliaran dolar dalam dukungan virus korona ke negara-negara, terus melakukan bagiannya untuk membantu mendorong pemulihan ekonomi.**(RW)

Leave a Reply