Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Friday, March 29, 2024
redaksi@topcareer.id
Tren

IATA Perkirakan Maskapai Penerbangan Rugi USD 157 Miliar di Tengah Pandemi

Foto Ilustrasi

Topcareer.id – The International Air Transport Association (IATA) memprediksi maskapai penerbangan bakal kehilangan total USD 157 miliar tahun ini dan tahun depan. Ini menurunkan prospek industri sebagai imbas dari gelombang kedua virus corona dan penutupan di berbagai negara.

IATA yang pada bulan Juni memperkirakan kerugian USD 100 miliar untuk periode dua tahun, mengatakan sekarang memproyeksikan defisit USD 118,5 miliar tahun ini saja, dan USD 38,7 miliar lebih lanjut untuk tahun 2021.

Prospek suram menggarisbawahi tantangan yang masih dihadapi sektor ini meskipun ada berita optimis tentang pengembangan vaksin COVID-19, yang penyebaran globalnya akan terus berlanjut sepanjang tahun depan.

“Dampak positifnya terhadap ekonomi dan lalu lintas udara tidak akan terjadi secara besar-besaran sebelum pertengahan 2021,” kata Direktur Jenderal IATA Alexandre de Juniac, dikutip dari Reuters, Selasa (24/11/2020).

Baca juga: IATA Kembangkan Aplikasi untuk Perjalanan Aman di Era Covid-19

IATA juga memperkirakan jumlah penumpang diperkirakan turun menjadi 1,8 miliar tahun ini dari 4,5 miliar pada 2019. Dan hanya akan pulih sebagian menjadi 2,8 miliar tahun depan. Pendapatan penumpang untuk tahun 2020 diperkirakan turun 69% menjadi USD 191 miliar.

“Sejauh ini, itu adalah kejutan terbesar yang dialami industri ini setelah Perang Dunia II,” kata Kepala Ekonom IATA Brian Pearce.

Perkiraan tersebut mengasumsikan pembukaan kembali perbatasan yang signifikan pada pertengahan tahun depan, dibantu oleh beberapa kombinasi pengujian COVID-19 dan penyebaran vaksin.

IATA mengulangi seruannya kepada pemerintah untuk mengganti rezim karantina yang menghambat perjalanan dengan program pengujian yang meluas.

Menurut de Juniac, beberapa pemerintah dan maskapai penerbangan seperti Qantas Australia mengatakan penumpang kemungkinan besar membutuhkan vaksinasi untuk perjalanan jarak jauh, pendekatan itu tidak mungkin berhasil di mana-mana.

“Ini akan mencegah orang yang menolak (vaksin) untuk bepergian. Pengujian sistematis bahkan lebih penting untuk membuka kembali perbatasan daripada vaksin,” kata kepala IATA.**(Feb)

Leave a Reply