Topcareer.id – Baik rekan kerja laki-laki maupun perempuan, selalu berusaha tampak kooperatif dalam berkolaborasi saat bekerja. Tapi siapa sebenarnya lebih sulit diajak bekerja sama? Menurut penelitian baru, wanita memang bekerja lebih baik daripada pria, tetapi itu tergantung pada keadaan.
Membuat keputusan selama ini merupakan tantangan karena masalah komunikasi, yang berarti mungkin kamu telah kehilangan toleransi untuk kerja sama. Segala sesuatu membuat kita gelisah dan berurusan dengan kolega yang sulit diatur tentu menambah sakit kepala yang tak kunjung hilang.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science melihat apakah pria dan wanita berbeda dalam hal perilaku kerja sama. Pria cenderung menggoda ekstremisme, dengan berperilaku egois atau altruistik dalam pengambilan keputusan dalam banyak situasi berbeda, dibandingkan dengan wanita, baik untuk keuntungan mereka sendiri, orang lain, atau misi yang mendasarinya.
Peneliti meminta partisipan menjalani uji coba “permainan dilema sosial” yang diarahkan untuk mengukur tingkat kerja sama, menurut Forbes.
Para peneliti, yang dipimpin oleh Christian Thoni dari University of Lausanne di Swiss, memasukkan permainan dilema seperti Prisoner’s, permainan yang menganalisis tingkat kerja sama melalui pengambilan keputusan sendiri.
Kerja sama juga diukur dengan melihat bagaimana seseorang akan bertindak dalam situasi sosial, seperti pemungutan suara, kepatuhan pajak, masalah lingkungan, amal, korupsi, kerja tim, dan skenario lainnya.
Baca juga: Pascavaksinasi, Komnas KIPI Sebut Ada 30 Laporan Ini Dari Penerima Vaksin
“Pertanyaan penting adalah apa yang memprediksi kerja sama dalam situasi ini dan situasi serupa. Salah satu prediktor potensial adalah jenis kelamin,” kata peneliti mengutip The Ladders.
Studi ini terdiri dari 40 sampel dari lebih dari 20 permainan dilema sosial, yang berjumlah lebih dari 8.000 peserta dari waktu ke waktu. Dalam contoh berbasis donasi, peneliti mengatakan pria dan wanita memiliki kesamaan dalam hal kerja sama, tetapi ada peringatan: Pria cenderung berkontribusi jauh sedikit, atau lebih sedikit, selama pertandingan. Di sinilah ekstremisme berperan.
Misalnya, pria lebih cenderung masuk ke dalam kategori permainan free riders, atau mereka yang memaksimalkan keuntungan mereka sendiri dengan meminimalkan kontribusi mereka pada greater good.
“Mereka juga lebih cenderung masuk dalam kategori “pembantu tanpa syarat,” atau mereka yang memilih untuk membantu orang lain dengan biaya sendiri, bahkan ketika bantuan tersebut tidak dibalas oleh orang lain.”
Wanita, di sisi lain, lebih cenderung menawarkan dukungan parsial, atau untuk bekerja sama secara kondisional, dalam eksperimen dilema sosial yang mereka analisis.
“Hasil kami menyoroti pentingnya mempertimbangkan variabilitas intrasex ketika mempelajari perbedaan jenis kelamin dalam kerja sama dan menyarankan arah penelitian penting di masa depan,” kata para peneliti.**(Feb)