Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Thursday, April 18, 2024
redaksi@topcareer.id
Tren

Covid-19 dan Penutupan Sekolah Bahayakan Masa Depan Perempuan

Gambar oleh Jill Wellington dari Pixabay

Topcareer.id – Pandemi Covid-19 dan gangguan pendidikan telah membuat jutaan anak perempuan dalam risiko putus sekolah di seluruh Asia Pasifik. Menurut UNICEF, 20% anak perempuan di Asia Timur dan Pasifik, mendekati 40 jutaan dari mereka, belum dapat mengakses pembelajaran jarak jauh selama Covid-19.

Sementara, 69% anak perempuan dilaporkan belajar lebih sedikit dari biasanya di saat pandemic Covid-19. Di Asia Selatan dan Barat, 2,8 juta perempuan dan anak perempuan, di seluruh pra-sekolah dasar dan tingkat perguruan tinggi mungkin tidak dapat kembali ke sekolah.

Menurut rilis Mercer dalam International Women’s Day, sejauh mana dampak Covid-19 pada pendidikan anak perempuan masih belum jelas, yang pasti hal itu akan berdampak buruk bagi masa depan ekonomi mereka.

“Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika pendidikan anak perempuan terputus, dampaknya dirasakan dari generasi ke generasi,” kata Renee McGowan, Presiden Mercer untuk wilayah Asia, Timur Tengah & Afrika (AMEA), mengutip rilis yang diterima Topcareer.id, Senin (8/3/2021).

Meningkatnya angka putus sekolah tidak hanya mengancam kemajuan selama puluhan tahun menuju kesetaraan gender, tetapi juga menempatkan anak perempuan berisiko hamil remaja, pernikahan dini, pernikahan terpaksa, dan kekerasan.

Studi oleh Bank Dunia menunjukkan dalam rata-rata, hanya satu tahun sekolah tambahan meningkatkan upah untuk wanita sebesar 12%, dibandingkan dengan 10% untuk pria, khususnya di tingkat sekunder dan tersier.

Baca juga: Di Masa Pandemi, 17% Pengangguran Kini Jadi Wirausaha

“Melalui pendidikan, mereka memperoleh penghasilan yang lebih tinggi dan membangun masa depan yang lebih baik untuk diri mereka sendiri dan keluarganya. Pendidikan anak perempuan memperkuat ekonomi dan masyarakat, memberi setiap orang – termasuk anak laki-laki dan laki-laki – kesempatan untuk memenuhi potensi mereka,” jelas McGowan.

Sedangkan anak perempuan yang memiliki kesenjangan lama dalam pendaftaran sekolah menyempit dalam beberapa dekade terakhir. Tapi, penutupan sekolah akibat pandemi dan kurangnya akses ke pembelajaran dapat memperlambat atau membalikkan keuntungan ini, yang pada gilirannya merusak prospek ekonomi mereka di masa depan.

Kesenjangan gender dalam pendidikan, kata McGowan, sebagai akibat dari Covid-19, artinya hanya ada sedikit perempuan dibandingkan laki-laki sebagai tenaga kerja masa depan.

“Itu memperburuk disparitas yang telah ada selama beberapa dekade baik secara global maupun regional. Ini adalah perhatian serius dan kami berharap berperan dalam menyapa.”

Leave a Reply