Topcareer.id – Paspor kesehatan digital yang terkenal sebagai paspor vaksin merupakan platform smartphone yang memungkinkan akses ke data kesehatan individu.
Akses datanya antara lain hasil tes COVID-19 atau status vaksinasi. Denmark telah menyediakan platform ini dan negara lain masih mengembangkannya.
Di AS, ketika individu telah menerima vaksinasi, mereka akan menerima bukti dalam bentuk kartu yang diterbitkan CDC.
Banyak maskapai penerbangan besar yang tidak ingin stafnya repot memeriksa informasi penumpang mengharapkan paspor vaksin digital yang simple.
Apakah setiap orang membutuhkannya?
Paspor vaksin ini sebenarnya tidak wajib, tetapi mungkin bisa menjadi lebih berguna karena mulai banyak negara membuka pintu wisatanya kembali.
Misalnya Islandia dan Yunani mengatakan para pelancong harus menunjukkan bukti sudah menerima vaksin COVID-19 atau bukti tes negatif terbaru.
AS sejak Januari mewajibkan semua pelancong dari luar negeri, termasuk warga negaranya untuk menunjukkan tes COVID-19 negatif walaupun sudah vaksin.
Baca juga: Kafe di Denmark Buka Kembali. Pengunjung Wajib Tunjukan “Paspor Corona”
Siapa yang membuat paspor ini?
Ada beberapa platform yang sudah tersedia. Misalnya, IBM telah mengembangkan Excelsior Pass yang telah menjalani tes di New York.
Aplikasi ini menggunakan blockchain untuk berkomunikasi dengan catatan vaksinasi negara bagian atau dengan penyedia layanan kesehatan.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional yang mewakili hampir 300 maskapai penerbangan di seluruh dunia, telah meluncurkan paspor kesehatan digitalnya sendiri.
Negara kota Singapura sudah mulai menerima informasi hasil tes COVID-19 individu pada platform tersebut mulai bulan Mei 2021.
Beberapa maskapai penerbangan seperti JetBlue Airways telah mengumumkan uji coba paspor kesehatan digital lainnya buatan The Commons Project Foundation.
United Airlines akan memperluas aplikasinya sendiri untuk memungkinkan para pelancong memesan janji tes COVID-19 secara online.
Dan hasilnya akan diunggah secara otomatis dan memberi tahu pelanggan apakah mereka dapat melakukan perjalanan.
Uni Eropa saat ini tengah mengembangkan sertifikat kesehatan digital mereka sendiri.
Paspor COVID kontroversial
Sertifikat kesehatan digital telah membangkitkan kekhawatiran tentang seberapa aman data pelanggan nantinya dengan aplikasi pihak ketiga.
Karena database pada platform digital tersebut berisi informasi kesehatan sensitif. Hal ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang ketidaksetaraan.
Alasannya karena platform tersebut sebagian besar hanya berfungsi pada ponsel cerdas per individu.
Bahkan WHO menentang keharusan bukti vaksin untuk memasuki negara lain mengingat bukti yang terbatas tentang kinerja vaksin dalam mengurangi penularan dan ketidakadilan yang terus-menerus dalam distribusi vaksin global.**(Feb)