Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Friday, April 26, 2024
redaksi@topcareer.id
Tren

WHO Prediksi Jumlah Penderita Demensia Melonjak 40% di 2030

Ilustrasi. (dok. Halunen Law)

Topcareer.id – Lebih dari 55 juta orang di seluruh dunia akan hidup dengan demensia, gangguan neurologis yang merampas ingatan mereka dan merugikan dunia USD 1,3 triliun per tahun, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kamis (2/9).

Kondisi progresif dapat disebabkan oleh stroke, cedera otak atau penyakit Alzheimer.

Dengan populasi yang menua, jumlah penderita diproyeksikan meningkat menjadi 78 juta pada 2030 dan 139 juta pada 2050, kata WHO.

Hanya satu dari empat negara yang memiliki kebijakan nasional untuk mendukung pasien demensia dan keluarga mereka.

WHO mendesak pemerintah setiap negara untuk meningkatkan kualitas terhadap kesehatan masyarakat.

“Demensia merampas ingatan, kemandirian, dan martabat jutaan orang, serta merampas orang-orang yang kita kenal dan cintai,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO.

“Demensia benar-benar menjadi masalah kesehatan masyarakat global dan tidak hanya di negara-negara berpenghasilan tinggi. Faktanya, lebih dari 60% penderita demensia tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,” kata Katrin Seeher, pakar di departemen kesehatan mental WHO.

Baca juga: Waduh, Covid-19 Bisa Memicu Lonjakan Kasus Demensia

Demensia mempengaruhi memori, orientasi, kapasitas belajar, bahasa, penilaian, dan kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari.

Seeher mencatat bahwa demensia juga dapat mempengaruhi orang berusia di bawah 65 tahun, dengan apa yang disebut demensia onset muda.

Demensia tidak dapat dihindari dan beberapa faktor risiko dapat dikurangi dengan mengendalikan hipertensi, diabetes, diet, depresi, dan penggunaan alkohol serta tembakau, kata WHO.

“Ini adalah hal-hal yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kesehatan otak kita dan mengurangi penurunan kognitif dan risiko demensia. Ini adalah hal-hal yang dapat dimulai pada usia yang lebih muda,” kata pakar WHO Tarun Dua.**(Feb)

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply