Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Saturday, April 20, 2024
redaksi@topcareer.id
Profesional

7 Strategi Tingkatkan Kesehatan dan Kesejahteraan Karyawan (Bagian 2)

Topcareer.id – Perusahaan tempat kamu bekerja mungkin bangga memiliki nama besar yang baik. Namun, perusahaan tetap saja bisa mengganggu kesehatan dan kesejahteraan karyawan karena cara kerjanya.

Kondisi kerja dan tuntutan lingkungan kerja merupakan sumber stres yang signifikan bagi banyak orang di dunia.

Penelitian telah menemukan bahwa desain kerja dapat memiliki efek substansial pada kesejahteraan dan kesehatan karyawan serta biaya perawatan kesehatan.

Kabar baik bagi manajer di perusahaan adalah bahwa ada cara yang layak untuk mendesain ulang pola kerja untuk mendukung kesejahteraan dan menghasilkan manfaat jangka panjang bagi perusahaan dan karyawan.

Tidak perlu mahal untuk mendesain ulang pekerjaan demi meningkatkan kesejahteraan karyawan. Bahkan, seringkali bisa menjadi investasi yang bagus.

Titik awal yang baik adalah mempertimbangkan untuk mengadopsi tujuh pendekatan berikut ini:

Lanjutan dari bagian pertama artikel:

5) Jaga agar perusahaan memiliki staf yang memadai, sehingga karyawan tidak kewalahan
Penelitian telah menemukan bahwa tuntutan kerja yang tinggi dapat berdampak besar pada kesehatan dan kesejahteraan karyawan.

Faktanya, banyak penelitian menemukan bahwa tuntutan yang tinggi ditambah dengan kontrol yang rendah menciptakan risiko kesehatan.

Menyiapkan staf untuk menyelesaikan banyak pekerjaan mungkin tampak mahal, tetapi perusahaan juga membayar harga yang mahal ketika karyawan sakit akibat kelelahan, sering absen, atau bahkan resign.

Solusinya mungkin terletak pada perubahan staf dengan cara yang ditargetkan.

Misalnya, satu studi menemukan peningkatan efisiensi dan kepuasan kerja ketika manajer di suatu perusahaan diberi asisten yang dilatih untuk membantu mengambil alih pekerjaannya.

6) Dorong manajer di perusahaan untuk mendukung kebutuhan pribadi karyawan
Banyak karyawan juga menjadi pengasuh bagi anak-anak atau orang tua lanjut usia, dan mereka mendapat manfaat dari supervisor yang lebih mendukung work-life balance mereka.

Sebuah studi di panti jompo menemukan bahwa karyawan yang manajernya lebih mengakomodasi kebutuhan keluarga mereka memiliki lebih sedikit faktor risiko penyakit kardiovaskular dan juga tidur lebih nyenyak.

Studi dalam pengaturan perawatan kesehatan dan toko kelontong telah memeriksa program pelatihan bagi manajer untuk meningkatkan perilaku yang mendukung keluarga karyawan.

Pengusaha juga diuntungkan karena pekerja yang manajernya mengikuti pelatihan ini melaporkan kepuasan kerja yang lebih tinggi, kinerja kerja yang lebih baik, dan karyawan betah dengan pekerjaannya.

Baca juga: Karyawan Kini Lebih Menghargai Kesejahteraan ketimbang Jenjang Karier

7) Ambil langkah-langkah untuk menumbuhkan rasa sosial di antara karyawan
Menciptakan budaya kerja di mana karyawan dapat mengembangkan hubungan yang mendukung dengan rekan kerja dapat menjadi strategi penting untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Penelitian telah menemukan bahwa hubungan seperti itu di tempat kerja dikaitkan dengan tekanan psikologis yang lebih rendah.

Menumbuhkan rasa memiliki secara sosial tidak harus menjadi proposisi yang rumit atau mahal.

Manajer perusahaan bisa mengarahkan para stafnya untuk secara rutin saling berbagi cerita baik melalui email ataupun saat brifeing.

Dengan berbagi cerita pengalaman menyelesaikan pekerjaan seperti itu satu sama lain bisa menurunkan tingkat kelelahan yang cukup signifikan.

Para karyawan pun 50% lebih kecil kemungkinannya untuk berhenti atau resign dari pekerjaannya.

Sebenarnya banyak praktik manajemen yang bisa meningkatkan kesejahteraan pekerja dan juga menguntungkan pemberi kerja. Itu seharusnya tidak memberatkan perusahaan.

Dalam jangka panjang, perusahaan yang peduli dengan kesehatan dan kesejahteraan karyawannya akan cenderung memiliki karyawan yang juga peduli dengan kesehatan dan kesejahteraan perusahaan.**(Feb)

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply