Topcareer.id – Apakah kamu bekerja di kantor yang penuh dengan poster motivasi? Itu bagus, tetapi tetap saja karyawan bisa mengalami demotivasi.
Mungkin para atasan dan bagian HRD merasa tidak ada yang salah dengan perusahaannya, dan kerap kali menganggap demotivasi merupakan kesalahan karyawan itu sendiri.
HRD yang peka mungkin akan bertanya-tanya di mana letak kesalahan mereka dalam mengelola karyawan di peruahaan.
Berikut ini adalah empat penyebab umum dari demotivasi karyawan.
Gaji kecil atau tidak adil
Jika perusahaan sebenarnya tengah beroperasi di jalur yang benar dengan keuangan yang sehat, seharusnya perusahaan bisa membayar gaji karyawan di atas harga pasar.
Namun, masih terlalu banyak perusahaan yang meskipun tengah berkembang pesat dan meraih untung besar tetapi masih saja memberi gaji karyawannya pas-pasan hanya sesuai harga pasar.
Tahukah bahwa ketika karyawan menerima gaji pas-pasan hanya sesuai harga pasaran, take home pay yang mereka terima lebih rendah dari itu.
Banyak potongan pajak dan kewajiban yang harus mereka bayar kembali ke perusahaan. Bagi karyawan berpengalaman atau yang sudah mengabdi cukup lama ini jelas akan menurunkan motivasi karyawan.
Maka, struktur penggajian yang tidak adil seperti ini sering menjadi penyebab nomer satu karyawan mengalami demotivasi kerja.
Bullying di tempat kerja
Perusahaan sering menawarkan lingkungan kerja yang baik kepada setiap kandidat ataupun karyawannya.
Tetapi jika di perusahaan ada pihak atau orang-orang pengganggu, bisa jadi ini membuat karyawan sulit untuk bersemangat.
Penindas yang mengganggu bisa ada di level mana pun dan memusuhi level mana pun. Dan intimidasi atau bullying tidak mengenal gender.
Baca juga: Kehilangan Semangat Kerja? Ini Cara Efektif Mengatasinya
Disorganisasi
Ketika atasan tidak tahu apa yang terjadi saat menugaskan timnya dan lupa memberikan tugas lainnya, pekerjaan bisa menjadi berantakan dan menurunkan motivasi bagi karyawan.
Jika ada satu karyawan tenggelam dalam pekerjaan dan yang satu lainnya menghabiskan setengah hari di YouTube, karyawan kedua mungkin hanya pemalas, tetapi perbedaannya mungkin akibat disorganisasi, dan alur kerja yang tidak efektif.
Aturan kerja mikro atau terlalu ketat
Beberapa perusahaan, tentu saja harus memiliki peraturan kerja yang ketat.
Jika perusahaan bergerak di bidang bahan kimia berbahaya, tentu setiap karyawan harus mengikuti setiap peraturan dengan saklek.
Namun, dalam perusahaan lain yang dunia kerjanya tidak memerlukan aturan khusus, aturan ketat dengan pengawasan tingkat tinggi sebetulnya tidak diperlukan.
Jika atasan atau HRD mengurangi waktu liburan karyawan dengan dispensasi mereka boleh pulang 30 menit lebih awal, meskipun karyawan tetap mematuhinya, namun itu tetap menurunkan motivasi karyawan.
Contoh lainnya, ketika HRD menolak permintaan karyawan untuk bekerja dari rumah hanya karena ego tidak suka melihat karyawan bekerja di tempat yang tidak dapat HRD lihat secara langsung, ini jelas sangat membuat drop motivasi karyawan.**(Feb)