Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Lifestyle

Biar Pas Buat Buah Hati, Ini 4 Syarat Berikan MPASI

Ilustrasi bayi. Dok/PixabayIlustrasi bayi. Dok/Pixabay

TopCareer.id – Buat para ibu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) baru saja mengungkapkan empat syarat utama yang harus dipenuhi saat memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI).

Menurut Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI Lovely Daisy, syarat yang pertama adalah MPASI diberikan saat ASI saja sudah tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan energi bayi, yaitu mulai enam bulan.

“Kemenkes menganjurkan MPASI diberikan mulai usia 6 bulan karena pada usia enam bulan terdapat kesenjangan kebutuhan energi bayi dengan yang dapat dicukupi dari ASI saja,” kata Daisy di Jakarta beberapa waktu lalu.

“Secara global, sebagian besar pedoman di Amerika dan Eropa juga merekomendasikan, MPASI dimulai pada usia enam bulan,” imbuhnya, dikutip dari keterangan tertulis, Senin (30/12/2024).

Namun, kata Daisy, perlu diperhatikan apabila memperkenalkannya terlalu dini, dapat meningkatkan risiko kontaminasi patogen. Sebaliknya, jika memperkenalkan MPASI terlambat, bayi malah tidak mendapatkan zat gizi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang.

Baca Juga: Menkomdigi: Ibu Bisa Jadi Pemimpin Bijak Untuk Atur Penggunaan Internet Anak

Menurut pedoman WHO, pemberian secara dini pada usia kurang dari enam bulan dapat berdampak buruk.

“Perkembangan bayi yang belum memadai dalam kesiapan mengonsumsi makanan (organ-organ bayi belum siap mencerna makanan), meningkatkan potensi risiko peningkatan morbiditas karena penyakit gastrointestinal, seperti penyakit diare dan risiko alergi,” Daisy menjelaskan.

Selain itu, kualitas MPASI lebih rendah dibandingkan ASI, terutama jika makanan berbentuk cair maka zat gizinya rendah, dan terdapat peningkatan risiko obesitas.

Syarat kedua adalah adekuat. Kemenkes menjelaskan, ini berarti MPASI harus memenuhi kecukupan energi, protein, serta mikronutrien untuk mencapai tumbuh kembang optimal anak.

Pemberian MPASI pun perlu mempertimbangkan usia anak, jumlah, frekuensi, konsistensi/tekstur, serta variasi keberagaman makanan.

Ketiga adalah aman, atau MPASI disiapkan dan disimpan dengan cara yang higienis, serta diberikan dengan tangan dan peralatan yang besih.

Baca Juga: 5 Tips Jaga Kesehatan Mental Sebagai Ibu

Kunci untuk makanan yang aman di antaranya memisahkan penyimpanan makanan mentah dengan daging yang sudah dimasak dan memakai makanan segar dan masak sampai matang.

Keempat, MPASI harus diberikan dengan cara yang benar, dengan syarat terjadwal, lingkungan yang mendukung, dan prosedur makan yang tepat.

“Syarat terjadwal itu jadwal makan termasuk makanan selingan teratur dan terencana. Syarat lingkungan yang mendukung, misalnya, hindari memaksa meskipun hanya makan 1-2 suap, perhatikan tanda bayi lapar dan kenyang,” kata Daisy.

“Selanjutnya, syarat prosedur makan yang tepat seperti makan dalam porsi kecil dan bayi distimulasi untuk makan sendiri, dimulai dengan pemberian makanan selingan yang bisa dipegang sendiri,” ia menambahkan.

MPASI Harus Beragam

Daisy menambahkan, pilihlah bahan makanan yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, lemak, vitamin dan mineral, terutama zat besi serta seng (zinc).

Perhatikan juga terkait pemberian sejumlah minyak atau lemak sebagai sumber energi yang efisien. Ini menjadikan MPASI padat gizi, tanpa menambahkan jumlah yang diberikan.

“Lalu, tekstur mempertimbangkan kemampuan oromotor (pergerakan otot rongga mulut) serta penggunaan gula dan garam dibatasi,” kata Daisy.

Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi, MPASI harus beragam. Ini berarti, harus mengandung minimal lima dari delapan kelompok makanan yaitu ASI, makanan pokok, kacang-kacangan, produk susu, daging-dagingan, telur, sayur buah kaya vitamin A, dan sayur buah lainnya.

Daisy mengatakan, hal ini karena Keragaman bahan dalam MPASI diperlukan karena tidak ada makanan yang mengandung zat gizi lengkap.

“Selain itu, MPASI juga harus dipastikan mengandung telur, ikan, dan atau daging. Karena konsumsi protein hewani berkorelasi positif dengan penurunan risiko stunting,” pungkasnya.

Leave a Reply