Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

ProfesionalTips Karier

Upskilling Jadi Kunci Lulusan Vokasi Bersaing di Dunia Kerja

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi meluncurkan Program Doktor Terapan atau S-3 terapan untuk pendidikan vokasi.Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi meluncurkan Program Doktor Terapan atau S-3 terapan untuk pendidikan vokasi. (Sumber foto: blog.schoters.com)

TopCareer.idUpskilling saat ini menjadi kunci utama bagi lulusan pendidikan vokasi untuk terjun dan bersaing di dunia kerja lokal maupun global.

Menurut Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI), 73,8 persen lulusan vokasi di bawah naungan Kementerian Perindustrian pada tahun 2024 sudah terserap ke industri.

Ini membuktikan pendidikan vokasi mampu menghasilkan tenaga terampil yang sesuai kebutuhan perusahaan. Namun, persaingan di era global juga menuntut upskilling berkelanjutan.

Mengutip siaran pers, Jumat (3/10/2025), laporan Decoding Global Talent 2024: Tren Mobilitas Pekerja dari Jobstreet by SEEK mencatat, minat pekerja Indonesia untuk bekerja di luar negeri mencapai 67 persen pada 2023.

Generasi muda jadi yang paling banyak berminat, dengan kelompok yang juga menjadi target utama dari pendidikan vokasi.

Sektor yang paling diminati adalah Data Science, Teknik Desain, Seni, Profesi Kreatif, dan teknik (engineering), di mana banyak dari bidang ini masuk ke dalam jurusan atau pelatihan vokasi.

Baca Juga: Dunia Kerja Berubah, 5 Jenis Keterampilan Ini Banyak Dicari Perusahaan

Jobstreet pun menilai temuan ini juga menunjukkan lulusan vokasi punya potensi untuk bersaing di tingkat global, sehingga tak sebatas untuk pasar kerja domestik.

Adham Somantrie, Senior Marketing Manager, PR & Social, Jobstreet by SEEK mengatakan, dengan keterampilan praktis yang sesuai kebutuhan industri, lulusan vokasi berpeluang menjawab permintaan tenaga kerja di berbagai sektor prioritas.

“Jobstreet by SEEK percaya bahwa keberhasilan pelatihan vokasi tidak hanya ditentukan oleh kualitas kurikulum, tetapi juga oleh kemampuan lulusan untuk terhubung langsung dengan dunia kerja,” kata Adham.

Laporan Jobstreet lain yang bertajuk Hiring, Compensation, and Benefits 2025 juga menunjukkan, tren pengembangan karir dan upskilling di Indonesia semakin diutamakan oleh perusahaan.

50 persen perusahaan di laporan itu menyatakan sudah menyediakan program pelatihan atau self-learning, diikuti dengan 47 persen perusahaan yang membuka apprenticeship atau program mentoring.

Ini menegaskan upskilling tak lagi cuma tambahan, melainkan sudah menjadi kebutuhan penting agar tenaga kerja termasuk lulusan vokasi, dapat terus terserap dan berkembang di berbagai industri.

Baca Juga: 10 Keterampilan Paling Penting Bagi Pekerja, Menurut World Economic Forum

Laporan Decoding Global Talent 2024: GenAI Edition juga menunjukkan, 72 persen profesional di Indonesia bersedia melakukan pelatihan ulang agar tetap relevan menghadapi AI.

Sementara, 25 persen akan mempertimbangkannya hanya jika diperlukan.

Persentase ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara dengan kesiapan tinggi untuk beradaptasi melalui reskilling dan upskilling.

“Kami percaya bahwa reskilling dan upskilling menjadi salah satu kunci keberhasilan karier profesional di Indonesia untuk dapat tetap kompetitif di pasar kerja, termasuk untuk para lulusan pendidikan vokasi,” kata Adham.

Ia menambahkan, fleksibilitas dan adaptabilitas ini menjadi salah satu nilai tambah pekerja Indonesia, dibandingkan dengan pekerja di negara lain.

Leave a Reply