TopCareer.id – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan klarifikasi soal heboh gempa megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut yang “tinggal menunggu waktu.”
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menegaskan bahwa “tinggal menunggu waktu” yang ia maksud bukan berarti gempa akan terjadi dalam waktu dekat.
Dalam klarifikasi melalui akun Instagram resmi BMKG @mitigasibmkg, Jumat (16/8/2024), dijelaskan pembahasan mengenai gempa megathrust di kedua zona itu bukan hal baru, bahkan sudah ada sebelum gempa dan tsunami Aceh 2004.
“Kita hanya mengingatkan kembali keberadaan Zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebagai sebuah potensi yang diduga oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun,” kata Daryono.
Baca Juga: Simak! Sederet Langkah Antisipasi Gempa
Ia mengatakan, seismic gap inilah yang harus diwaspadai karena bisa melepaskan energi gempa signifikan, yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Daryono mengatakan, gempa besar terakhir di Tunjaman Nankai terjadi pada 1946 (usia seismic gap 78 tahun), sedangkan gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada 1757 (usia seismic gap 267 tahun), dan gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada 1797 (usia seismic gap 227 tahun).
“Artinya kedua seismic gap kita periodisitasnya jauh lebih lama jika dibandingkan dengan seismic gap Nankai, sehingga mestinya kita jauh lebih serius dalam menyiapkan upaya mitigasinya,” kata Daryono.
Daryono pun menjelaskan bahwa yang dimaksud “tinggal menunggu waktu” dalam keterangannya sebelumnya adalah karena, dua wilayah itu sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar. “Tetapi bukan berarti segera akan terjadi gempa dalam waktu dekat,” ia menegaskan.
Baca Juga: Terkena Gempa saat di Gedung Tinggi? Segera Lakukan Ini
“Dikatakan ‘tinggal menunggu waktu’ disebabkan karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah rilis gempa besar semua, sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga saat ini belum terjadi,” Daryono menambahkan.
Hingga saat ini, juga belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dengan tepat dan akurat bisa memprediksi terjadinya gempa, sehingga tak ada yang tahu kapan akan terjadinya, meski potensinya sudah diketahui.
“Sekali lagi, informasi potensi gempa megathrust yang berkembang saat ini sama sekali bukan prediksi atau peringatan dini, sehingga jangan dimaknai secara keliru, seolah akan terjadi dalam waktu dekat,” kata Daryono.
Masyarakat pun diminta tetap tenang dan beraktivitas normal seperti biasa. BMKG juga menegaskan selalu siap untuk memberikan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami dengan cepat dan akurat.