TopCareer.id – Stres yang berlebihan di tempat kerja dapat berujung pada masalah kesehatan mental yang lebih besar jika tidak dikelola dengan baik.
Maka dari itu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh pekerja untuk mengelola stresnya ketika berada di tempat kerja.
Menurut dokter spesialis okupasi Palupi Agustina Djayadi mengatakan, ada beberapa pendekatan individu yang bisa dilakukan dalam pengelolaan stres di tempat kerja.
“Kenali, list, bikin daftar apa saja yang membuat saya stres,” kata Lulu dalam sebuah temu media beberapa waktu lalu, seperti dikutip dari YouTube Kementerian Kesehatan RI.
Kemudian, fokus pada apa yang dapat dikendalikan terlebih dulu. Setelah itu kelolalah stres. “Paling minimal itu tarik nafas dalam, embuskan, yang seperti itu,” ujarnya, ditulis Kamis (10/10/2024).
Baca Juga: World Mental Health Day 2024 Soroti Isu Kesehatan Mental di Tempat Kerja
Selain itu, pendekatan spiritual juga dinilai penting dalam pengelolaan stres di tempat kerja.
“Spiritual ini apapun agamanya sejatinya, tujuannya, untuk ketenangan batin kita. Jadi dekatkan diri kepada agama,” kata Lulu.
Setelah pendekatan individu, pekerja disarankan untuk melakukan hobi dan olahraga yang ia gemari. Lulu merekomendasikan hobi berupa aktivitas fisik.
“Olahraga itu efek sampingnya adalah rilisnya hormon endorfin, bahasa kerennya hormon hati,” Lulu menjelaskan.
Selain itu, pilihlah hobi olahraga yang digemari agar bisa dilakukan dengan konsisten. Jika melakukan aktivitas yang tidak disukai, menurut Lulu, ini malah akan menjadi pemicu stres.
Baca Juga: Stres dan Burn Out? Resign Mungkin Tidak akan Membantu
Saran lain dalam mengelola stres di tempat kerja adalah dengan afirmasi. Di sini, pekerja dapat mengucapkan dan menuliskan segala hal yang positif tentang dirinya.
“Sebetulnya lebih ke apresiasi diri kita. Ibu saya selalu bilang air laut siapa yang menggarami? Kan asin sendiri. Maksudnya begini, sebelum kita mendengar pujian dari orang lain tentang diri kita, pujilah diri kita sendiri,” kata Lulu.
Contohnya, berilah pujian ketika kita berhasil menyelesaikan sebuah tugas.
“Boleh dicatat, boleh dikatakan, boleh ngomong depan cermin, jadi apresiasi diri sendiri. Pencapaian sekecil apapun apresiasilah,” kata Lulu.
Meski begitu, dia tidak menyarankan pujian kepada diri sendiri untuk diunggah di media sosial, dan membiarkannya sebagai catatan pribadi.
Baca Juga: Cara Kenali Tanda Bahaya Pekerjaan Atau Perusahaan yang Bikin Stres
Pekerja juga dapat melakukan komunikasi asertif. Menurut Lulu, seseorang di sini dapat menyampaikan ketidaksukaannya terhadap sesuatu, namun harus disampaikan dengan cara yang elegan.
Contohnya, jika ada bos mengajak rapat untuk proyek di jam pulang, Anda bisa mengusulkan untuk rapat esok hari saat jam kerja. Namun, berikan sejumlah alasan yang baik untuk melakukannya.
“Sebetulnya kita menolak untuk meeting, tapi kita memberikan alternatif dan kita berikan alasan seperti lebih produktif, bisa benchmark dulu, dan sebagainya,” kata Lulu.
Terakhir, lakukan manajemen waktu. Buatlah prioritas dan alur waktu atau timeline kegiatan.
“Sebetulnya saya yakin semua sudah punya prioritas mana yang harus dikerjakan duluan. Sudah punya timeline juga. Cuma problemnya adalah kita sudah tidak istiqomah dalam menjalankan timeline yang kita bikin,” kata Lulu.
“Poinnya adalah kita harus komitmen dengan timeline yang sudah kita bikin sendiri,” pungkasnya.