Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Friday, November 22, 2024
idtopcareer@gmail.com
Profesional

Seksolog di Indonesia Antara Ada Tiada

Ilustrasi

Lalu, pertanyaan yang muncul adalah, apakah dengan program PKPR Puskesmas yang berbentuk penyuluhan dan konseling bisa efektif dalam menanamkan pendidikan seks dan fungsi reproduksi bagi seluruh kaum remaja? Apalagi di tengah stigma masyarakat Indonesia yang masih menganggap obrolan seks sebagai hal yang tabu.

Made menjawab, program PKPR ini sudah pasti memberikan manfaat bagi mereka para remaja, di mana remaja yang sudah mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi akan lebih memahami fungsi organ-organ tubuhnya, dan salah satunya mengenai pendidikan seksual. Hal itu, dia anggap sebagai keefektifan program PKPR dari segi menfaatnya.

“Cuma tidak efektifnya adalah tidak semua remaja di wilayah kerja masing-masing Puskesmas itu mendapatkan informasi soal pendidikan kesehatan reproduksi ini. Misal, kami mempunyai lebih dari 100 sekolah, bayangkan kalau tenaga yang di PKPR itu hanya dua, mampu enggak menyentuh 100 sekolah itu? Sehingga kami butuh jejaring, berupa lintas sektor.”

Terkait data, tenaga psikologi klinis di Indonesia ternyata memang masih sangat minim. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2016, mencatat bahwa tenaga psikologi klinis di Indonesia pada 2015 hanya sebanyak 1.211 dari total Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) di Indonesia 876.984 orang

Kembali lagi, permasalahan yang muncul adalah soal keterbatasan tenaga dan waktu sehingga keefektifan program tidak sepenuhnya dirasakan. Kemudian, apakah pendidikan seks bisa lebih efektif jika dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran di sekolah? Menurut Made, Kemenkes pernah membuat modul pendidikan kesehatan reproduksi untuk SD, SMP, dan SMA sederajat.

“Jadi, modul pedoman atau modul pendidikan kesehatan reproduksi ini ditujukan pada guru-guru di sekolah. Sudah ada modulnya, lalu apakah ini sudah dapat tersosialisasi di sekolah? Sepertinya belum optimal. Kami berharap guru-guru terlibat dan berperan serta dalam memberikan pendidkan kesehatan reproduksi kepada anak didik mereka,” ucap perempuan kelahiran Gianyar, Bali ini. 

Leave a Reply