Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Sunday, April 28, 2024
redaksi@topcareer.id
Sosok

Kiprah Nelson Tansu, Profesor Termuda di Amerika Selatan asal Indonesia

Topcareer.id – Nelson Tansu adalah sebuah bukti jika impian bisa diraih dengan ketekunan. Pria yang lahir pada 20 Oktober 1977 di Medan, Sumatera Utara ini memiliki mimpi besar untuk menjadi profesor sains. Sejumlah langkah besar pun ia ambil untuk mewujudkan impiannya tersebut.

“Sejak kecil (sekitar 6-7 tahun) saya sudah tahu kalau tujuan saya adalah ke Amerika Serikat untuk menjadi profesor,” kenang Nelson Tansu saat tampil di acara Kick Andy, 2015 silam. Impian itu ia peroleh dari lingkungan keluarga yang memang dekat dengan gelar profesi tersebut.

“Di keluarga kita tuh, beberapa paman saya memang profesor dan dapat S3 di luar negeri. Waktu sekitar 6-7 tahun, saya diekspos kepada apa yang disebut sebagai profesor.” ujarnya.

Baca juga: Uniknya Sistem Pendidikan Di Jepang

Tak hanya pamannya, sepupu Nelson kala itu pun turut menjadi profesor. Keberhasilan mereka semakin membuat Nelson terpacu untuk bisa meraih mimpinya.

Kuliah di Wisconsin University, Amerika Serikat

Pada tahun 1995, Nelson Tansu tampil sebagai lulusan terbaik SMU Sutomo 1 Medan, sekaligus menjadi finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Ia kemudian kuliah di Wisconsin University, Amerika Serikat di bidang Fisika dan Teknik Elektro.

Nama Nelson mulai menarik perhatian setelah berhasil meraih gelar sarjana dengan predikat Summa Cum Laude hanya dalam waktu 2 tahun 9 bulan saja.

“Wisconsin University adalah salah satu universitas terkemuka di dunia, yang mampu memberikan lingkungan sehat dan dukungan penuh bagi fakultas, staf, dan mahasiswa untuk belajar dan mendorong batas-batas ilmu pengetahuan dengan penuh keyakinan,” kata Tansu terkait kampusnya, seperti dikutip dari situs resmi Wisconsin University, belum lama ini.

Menariknya, ketika memilih Winsconsin University, Tansu sama sekali tak melakukan riset mendalam. Ia memilihnya hanya berdasarkan katalog dan buku panduan tentang perguruan tinggi. “Itu adalah salah satu keputusan terbaik yang saya buat dalam hidup saya,” ujarnya.

Di usia 25 tahun, Nelson Tansu sudah menyabet gelar master dan doktor di bidang fisika dan teknik elektro. Tesis doktorat-nya bahkan mendapat award The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award, mengalahkan hampir 300 tesis doktorat lainnya.

Baca juga: Lulusan Pendidikan Vokasi Banyak Menganggur, Apa yang Salah?

Saat ini, Nelson Tansu telah menjadi profesor bidang electrical & computer engineering di Lehigh University, Bethlehem, Pennsylvania, Amerika Serikat.

Nelson percaya, selain berkat ketekunannya, keberhasilan yang ia raih saat ini adalah hasil didikan dari orangtuanya. “Bukan dalam mendidik fisika, matematika, dan segalanya, tetapi mendidik kita sebagai manusia,” ucapnya.

Pendapat Nelson Tansu tentang karier di Indonesia

Dalam sebuah wawancaranya dengan Voice of Indonesia (VOA) beberapa waktu lalu, Nelson sempat berbicara tentang tantangan berkarier di bidang pendidikan di Indonesia.

Jawaban itu muncul tatkala ditanya kemungkinan dirinya untuk pulang dan mengembangkan ilmunya di Indonesia.

“Tidak semuanya itu bisa pulang ke Indonesia dan melakukannya secara mudah. Karena setiap negara itu punya kultur yang berbeda-beda,” ucapnya.

“Kalau kesejahteraan pendidik di Indonesia tidak memuaskan, ini tidak akan menarik talenta-talenta muda Indonesia, untuk bermotivasi tinggi untuk berkarier di bidang pendidikan.”

Baca juga: Ini Peluang Karier Bagi Penyandang Disabilitas

Hingga saat ini, Nelson pun terus mengharumkan nama Indonesia melalui terobosan-terobosan yang dilakukannya. Ia juga menyampaikan sebuah pesan untuk para mahasiswa Indonesia yang tengah mengejar mimpi untuk bisa berkarier secara internasional.

“Rekomendasi saya untuk banyak mahasiswa Indonesia, supaya mereka lebih confident, jangan over-confident, itu hal yang sangat jelek, tetapi cukup confident bahwa kita ini (bangsa Indonesia) sebenarnya tidak inferior.” *

Editor: Ade Irwansyah

the authorFeby Ferdian

Leave a Reply