Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Tuesday, April 16, 2024
redaksi@topcareer.id
Profesional

Mengapa Milenial Kini Lebih Depresi dan Bagaimana Mengatasinya

Dok. iStock

Topcareer.id – Generasi milenial yaitu mereka yang lahir antara tahun 1981 dan 1996 digambarkan berperangai agak malas, egosentris, hipersensitif terhadap kritik, dan tidak mampu mengatasi tekanan kehidupan nyata.

Tetapi milenial juga dikatakan menerima keberagaman, terbuka untuk mengekspresikan emosi mereka, sangat berempati, dan tertarik untuk membuat perubahan penting dan substantif di dunia tempat mereka tumbuh.

Meskipun tidak ada yang benar-benar setuju tentang gambaran generasi milenial, satu hal yang cukup pasti: Mereka tertekan. Hingga 17 persen dari milenial mengalami depresi, dan 14 persen menderita kecemasan. Milenial lebih membutuhkan psikoterapi daripada anggota Generasi X atau generasi sebelumnya.

Uang merupakan salah satu titik fokus paling umum penyebab kekhawatiran kaum milenial. Banyak dari mereka kesulitan mencari pekerjaan, masih tinggal bersama orang tua mereka, atau memiliki keprihatinan serius tentang menghasilkan uang yang cukup untuk memulai hidup mereka sendiri dengan sungguh-sungguh.

Mengutip psychologytoday.com, Jumat (22/11/2019) hampir 30 persen generasi milenial melihat diri mereka kurang sejahtera dari yang mereka perkirakan. Mereka juga kesulitan menyimpan uang, karena semakin meningkatnya biaya hidup.

Namun, masalah uang kaum milenial hanyalah bagian dari cerita. Lebih penting lagi menunjukkan betapa mereka khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, tentang membuat pilihan yang tepat hari ini untuk memastikan masa depan yang stabil. Sebenarnya pengambilan keputusan itu sendiri mungkin menjadi alasan nomor satu mengapa kaum milenial begitu tertekan dan cemas, dan mengapa mereka merasa perlu psikoterapi.

Baca juga: Mengapa Banyak Milenial Tidak Betah Bekerja Lebih dari 2 Tahun?

Pada usia 25, misalnya, seorang anak muda dari kaum milenial kemungkinan akan menghadapi sebagian besar keputusan besar dalam 10 hingga 15 tahun mendatang dalam kehidupannya. Setiap kali mereka membuat pilihan mereka berjalan hanya untuk menyadari bahwa peluang lain telah ditutup, kemudian mereka merasa hidupnya berakhir lebih gagal daripada orang tua mereka atau gagal untuk menghidupi diri sendiri dengan standar kehidupan mereka saat ini.

Bagi para milenial, ingatlah bahwa sangat masuk akal untuk mencari pekerjaan baru, menikah kembali, atau kembali ke bersekolah jika perlu. Rata-rata baby boomer, yang lahir antara tahun 1957 dan 1964, akan memiliki 12 pekerjaan berbeda dalam masa hidupnya. Cobalah untuk berpikir fleksibel tentang masa depan kamu di mana pun kamu bisa.

Ingatlah juga bahwa pengambilan keputusan yang baik harus didasarkan pada keyakinan dan value seseorang, jangan terlalu khawatir, “bagaimana-jika,” atau hipotesis yang berasal dari kecemasan. Jika kamu mengenal dirimu dengan baik, akan lebih mudah bagi kamu untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk bangkit kembali dan mencoba sesuatu yang lain.

Berbicara dengan teman dekat atau keluarga kamu tentang apa yang kamu inginkan, atau menemukan terapis yang baik dengan siapa kamu bisa mendiskusikan masalah ini, dapat menjadi sumber penting dari tahap mengenali dirimu sendiri.

Baca juga: 50 Persen Milenial Resign karena Kesehatan Mental

Selain itu, penting untuk diingat untuk berbaik hati pada diri sendiri ketika kamu sedang mengalami masa-masa stres. Tidak semua orang menemukan pasangan hidup yang tepat, menciptakan karya artistik atau mendirikan perusahaan yang sukses sebelum usia 30 tahun.

Jika kamu terlalu keras pada diri sendiri dengan mengharapkan terlalu banyak menuntut pada diri sendiri dan merasa buntu, cobalah untuk jangan mengharapkan kesempurnaan. Kamu diizinkan untuk membuat kesalahan. Perhatikan dengan cermat aspek-aspek pilihan kamu yang bisa kamu kendalikan serta apa yang tidak bisa, dan jangan terlalu salahkan dirimu karena tidak melakukan semuanya dengan benar.

Terakhir, cobalah untuk membuat keputusan sebaik-baiknua dengan menggunakan semua informasi dan sumber daya yang tersedia. Setelah itu, nikmatilah hidup sealami mungkin. *

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply