Topcareer.id – Di usia berapa kamu pernah merasa bahwa itu merupakan waktu-waktu yang paling sulit untuk dijalani? Menjalani hidup terbaik memang selalu diusahakan, tapi tak itu tak akan bertahan selamanya.
Seiring bertambahnya usia, maka ada kecenderungan bahwa perilaku dan tren kehidupan menurun. Bahkan disebutkan dalam penelitian, hidupmu ada di puncak kekesalan dan kemarahan di usia 47 tahun. Benarkah begitu?
Profesor Dartmouth College David Blanchflower menulis temuannya dalam sebuah laporan untuk National Bureau of Economic Research, di mana ia meneliti hubungan antara ketidakbahagiaan dan usia dengan membandingkan data hampir 10 juta responden di empat puluh negara Eropa dan Amerika Serikat.
Baca juga: 7 Langkah Lebih Bahagia di Tempat Kerja
Untuk penelitiannya, Blanchflower menentukan ketidakbahagiaan sebagai perasaan putus asa; kegelisahan; kesendirian; kesedihan; ketegangan, depresi, dan saraf buruk; fobia dan panik; sedang sedih; tidur gelisah; kehilangan kepercayaan diri; tidak mampu mengatasi kesulitan; berada di bawah tekanan; merasakan kegagalan; perasaan ditinggalkan; merasa tegang, dan menganggap diri sebagai orang yang tidak berharga.
Blanchflower menemukan tren di semua negara: ketika orang mendekati 50, mereka berada di titik terendah. “Banyak orang terluka,” tulisnya, seperti dalam laman The Ladders.
Bagi orang-orang di negara-negara maju, titik terendah kehidupan mereka adalah 47,2 tahun, sementara orang-orang yang tinggal di negara-negara berkembang adalah 48,2 tahun.
Baca juga: 5 Tanda Karyawan Kamu Tidak Bahagia
Namun, kata dia, setiap negara memiliki “kurva kebahagiaan” selama hidup, yang digambarkan berbentuk U dalam penelitian ini. Itu berarti walaupun hidup mungkin merupakan titik terendahmu pada satu titik, ia cenderung naik seiring waktu.
“Ketidakbahagiaan memiliki bentuk seperti bukit. Lintasan kurva berlaku di negara-negara di mana upah median tinggi dan tidak, serta di mana orang cenderung hidup lebih lama dan tidak.”
Menurut Blanchflower, salah satu alasan untuk siklus naik-turun-naik ini sangat bergantung pada struktur sosial seperti pendidikan, status perkawinan dan pengangguran, yang dianggap sebagai pengaruh utama dalam persamaan kesejahteraan.
Baca juga: Cara Google Bikin Karyawan Bahagia dan Produktif
“Pengangguran masuk secara negatif dalam persamaan kebahagiaan dan merupakan sumber utama kesedihan. Kelompok pendidikan rendah sangat terpengaruh oleh resesi hebat. Menikah menyampaikan lebih banyak kebahagiaan daripada lajang, apalagi bercerai. Ini semua adalah kontrol standar dalam persamaan kebahagiaan.”
Blanchflower, mantan pembuat kebijakan Bank of England, juga mengatakan gejolak ekonomi dan globalisasi adalah penyebab krisis paruh baya.
“Ketahanan komunitas yang ditinggalkan oleh globalisasi telah berkurang oleh Resesi Hebat yang membuat tarasa sulit bagi mereka yang rentan mengalami krisis setengah baya dengan sedikit sumber daya, untuk menahan goncangan,” katanya. *
Editor: Ade Irwansyah