Topcareer.id – Dari gejalanya, virus korona memang seperti virus flu pada umumnya. Meski flu musiman telah membunuh lebih banyak daripada virus korona, bukan berarti wabah ini bisa dianggap angin lalu. Para ilmuwan khawatir virus baru ini menjadi sesuatu yang lebih buruk daripada flu.
“Ini virus baru. Kami tidak tahu banyak tentang itu, dan oleh karena itu kami semua khawatir untuk memastikan bahwa virus itu tidak berkembang menjadi sesuatu yang lebih buruk,” kata pakar penyakit menular Ian Lipkin kepada CNBC.
Lipkin berbicara dari rumahnya di New York tentang 14 hari karantina sendiri setelah bepergian ke China untuk bekerja menangani wabah. Lipkin, direktur Pusat Infeksi dan Kekebalan di Mailman School of Public Health di Universitas Columbia, berada di Guangzhou dan Beijing, tempat ia menasehati pejabat kesehatan setempat.
Baca juga: Jadwal Event Olahraga yang Terganggu Akibat Virus Korona
Lipkin, yang bekerja saat wabah SARS terjadi tahun 2003, mengatakan memang benar bahwa flu musiman menimbulkan masalah sendiri, mencatat bahwa secara global hingga 650.000 orang meninggal karena itu setiap tahun. Dibandingkan dengan 900 orang yang meninggal karena virus korona hingga saat ini.
“Coronavirus hampir tampak tidak menantang bagi kita seperti virus influenza ketika dilihat secara ketat oleh jumlah kematian,” kata Lipkin.
Tetapi, ia mengingatkan, itu bukan satu-satunya pandangan yang perlu dilihat dari wabah. Ia mengatakan bahwa para peneliti masih belum tahu banyak tentang penularannya, tidak memiliki tes diagnostik yang akurat, dan tidak benar-benar tahu ke mana wabah akan pergi.
“Satu-satunya yang kami miliki saat ini, tidak ada vaksin atau obat-obatan yang jadi penahannya,” tambahnya.
Virus korona muncul di Wuhan sekitar sebulan yang lalu dan sejak itu menyebar dari sekitar 300 orang pada 21 Januari hingga lebih dari 40.000. Kasus-kasus baru tumbuh ribuan setiap hari, sebagian besar di China.
Baca juga: Jackie Chan Janji Beri Rp 1,9 M pada Penemu Vaksin Virus Korona
Lipkin mengatakan dia memperkirakan tingkat kematian virus korona pada akhirnya akan kurang dari 1%. Tetapi angka itu “spekulatif” karena tes antibodi lebih lanjut perlu dilakukan sehingga dapat mengetahui siapa yang mungkin terinfeksi tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit. *
Editor: Ade Irwansyah