Lihat di mana anak-anak tinggal
Melihat siapa yang mengasuh dan tinggal bersama anak-anak bisa menjadi salah satu indikator tentang “siapa yang bersalah”. Normalnya anak-anak kasus perceraian di bawah usia 17 tahun akan tinggal bersama ibu.
Ayah hanya akan diberi ijin mengunjungi sesekali atau sesuai kesepakatan. Jika anak-anak tinggal bersama ayah, bisa jadi ada sesuatu yang fatal pada ibu mereka.
Sebaliknya, jika mendapati duda yang sama sekali tidak mendapat ijin bertemu anak-anaknya, perlu diwaspadai kemungkinan adanya “masalah” pada si suami yang menyebabkan putusan pengadilan demikian.
Baca juga: Ini Ciri-ciri Pria Siap Menikah. Ada di Pacar Kamu?
Alasan yang mantap
Sebelum meyakinkan orangtua atas jodoh pilihan, kamu harus meyakinkan diri sendiri tentang “mengapa memilih dia yang seorang duda?” Jangan sampai alasan yang ada dalam pikiran kamu adalah faktor kemapanan ekonomi atau daya tarik fisik semata. Alasannya harus lebih dari itu.
Bagaimana pun, menikah dengan duda merupakan pilihan yang berat. Perbedaan usia, perbedaan kematangan, perbedaan pengalaman, dan sebagainya bisa menjadi kendala di kemudian hari. Apalagi duda yang menjadi pilihan telah dikaruniai anak dari pernikahannya terdahulu.
Seorang perempuan yang akan menikah dengan duda harus memiliki keteguhan niat dan kesiapan mental. Lakukan proses penjajakan yang cukup dan juga mendalam.
Lamanya proses relatif, tergantung kualitas pendekatan. Jika calon suami sudah memiliki anak, dekati anak-anak dengan cara yang tidak berlebihan atau terkesan memaksa, dan terutama, pendekatan terhadap anak-anak harus dibarengi niatan tulus. Maka menikahi duda, tidak menjadi masalah. * Diolah dari berbagai sumber