Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Saturday, April 27, 2024
redaksi@topcareer.id
Profesional

Menyimak Perkembangan Film Nasional dari Tahun Ke Tahun

Sumber foto: Dictio.id

Topcareer.id – Tahukah Kamu? Dunia perfilman di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, tepatnya sekitar awal tahun 1920-an.

Lalu, bagaimana perkembangan film nasional sejak zaman dahulu hingga sekarang di Indonesia. Berikut ini ringkasannya.

Periode 1900-1942
Era awal perfilman Indonesia diawali dengan berdirinya bioskop pertama pada 5 Desember 1900 silam di daerah Tanah Abang, Batavia dengan nama ‘Gambar Idoep.’

Film Indonesia yang dibuat pertama kali adalah film bisu tahun 1926 berjudul Loetoeng Kasaroeng, karya sutradara Belanda, G. Kruger dan L. Heuveldorp. Film ini dibuat oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung, dengan memakai sejumlah pemain lokal. Loetoeng Kasaroeng tayang perdana pada 31 Desember 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung.

Berikutnya, ada Wong bersaudara yang hijrah dari industri film Shanghai ke Indonesia. Awalnya, hanya Nelson Wong saja yang datang untuk menyutradarai Lily van Java (1928) produksi Perusahaan South Sea Film Co.

Kemudian, kedua adiknya yaitu Joshua dan Otniel Wong menyusul dan mendirikan perusahaan Halimoen Film.

Sejak tahun 1931, pembuat film lokal mulai membuat film bicara. Percobaan pertamanya adalah film Boenga Roos dari Tjikembang (1931), tetapi hasilnya buruk. Film bicara lain yang dibuat Halimoen Film adalah Indonesia Malaise (1931).

Pada 1934, Albert Balink, seorang wartawan Belanda yang tidak pernah terjun ke dunia film, mengajak Wong Bersaudara untuk membuat film Pareh. Ia mendatangkan tokoh film dokumenter Belanda, Manus Franken, untuk membantu pembuatan film tersebut.

Oleh karena latar belakang Franken yang sering membuat film dokumenter, kebanyakan adegan dari film Pareh menampilkan keindahan alam Hindia Belanda. Film seperti ini rupanya tidak mempunyai daya tarik buat penonton film lokal, karena dalam kesehariannya mereka sudah sering melihat gambar-gambar tersebut.

Untuknya, Balink tidak menyerah, Ia bahkan membuat perusahaan film ANIF (Gedung perusahaan film ANIF kini menjadi gedung PFN, terletak di kawasan Jatinegara).

Dibantu oleh Wong bersaudara dan seorang wartawan pribumi yang bernama Saeroen. Balink sukses menyuguhkan film Terang Boelan (1934) yang berhasil menjadi film cerita lokal pertama yang mendapat sambutan dari kalangan penonton kelas bawah.

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply