Topcareer.id – Lima belas anak-anak, yang banyak di antaranya memiliki virus corona, baru-baru ini dirawat di rumah sakit di New York City, Amerika Serikat dengan sindrom misterius yang dokter belum sepenuhnya diketahui. Tiga orang anak pasien Covid-19 yang disertai sindrom ini meninggal .
Banyak anak-anak, usia 2 hingga 15, telah menunjukkan gejala yang terkait dengan syok toksik atau penyakit Kawasaki, penyakit langka pada anak-anak yang melibatkan peradangan pembuluh darah, termasuk arteri koroner, kata departemen kesehatan kota itu.
Kabar teranyar yang dikutip Guardian, Minggu (10/5/2020). menyebutkan tiga pasien anak-anak di New York City dengan sindrom ini telah meninggal hingga Sabtu, menurut sebuah buletin dari departemen kesehatan, yang menggambarkan penyakit itu sebagai “sindrom inflamasi multisistem yang berpotensi terkait dengan Covid-19.”
Guubernur New York Andrew Cuomo mengumumkan seorang anak meninggal pada Jumat. Esoknya, Sabtu waktu setempat, dua anak lagi meninggal. “Kita sekarang berada di bab lain dari wabah (Covid-19) ini,” katanya, menanggapi.
Komisioner kesehatan negara bagian New York, Dr. Howard A. Zucker, mengatakan para pejabat negara juga sedang menyelidiki sindrom yang tidak dapat dijelaskan ini.
Baca juga: Makanan Ini Wajib Dikonsumsi Pasien Covid-19
Sindrom ini telah mendapat perhatian serius beberapa pekan terakhir ketika kasus-kasus mulai muncul di negara-negara Eropa yang terpukul oleh virus corona.
“Ada beberapa deskripsi langka baru-baru ini tentang anak-anak di beberapa negara Eropa yang memiliki sindrom peradangan ini, yang mirip dengan sindrom Kawasaki, tetapi tampaknya sangat langka,” kata Dr. Maria Van Kerkhove, seorang ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona, cenderung jauh lebih berbahaya bagi orang yang lebih tua dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya. Namun, anak-anak memiliki cenderung mengidap penyakit parah daripada orang dewasa. Di New York City, enam anak meninggal karena Covid-19, menurut data dari departemen kesehatan.
Baca juga: Bak Silent Killer, Banyak Anak Muda Tak Sadar Sebarkan Covid-19
Sebagian besar dari 15 anak ini mengalami demam, ruam, muntah atau diare. Sejak dirawat di rumah sakit, lima dari mereka membutuhkan ventilator mekanik untuk membantu mereka bernafas, dan sebagian besar dari 15 anak memerlukan dukungan tekanan darah.
Komisaris kesehatan kota, Dr. Oxiris Barbot, mengatakan dalam sebuah pernyataan mengatakan, meskipun hubungan sindrom ini dengan Covid-19 belum didefinisikan, dan belum semua kasus ini dinyatakan positif Covid-19 melalui tes DNA atau serologi, sifat klinis dari virus ini adalah sedemikian gawat, sehingga pihaknya meminta semua Rumah Sakit untuk segera menghubungi pihaknya jika melihat pasien yang memenuhi kriteria yang telah kami uraikan.
Konjungtivitis, atau radang mata, dan pembengkakan kelenjar getah bening juga merupakan gejala penyakit Kawasaki. WNBC-TV sebelumnya melaporkan bahwa Rumah Sakit Anak-Anak Mount Sinai Kravis telah merawat beberapa pasien yang diyakini menderita sindrom ini, dan beberapa telah berkembang pada masalah jantung dan tekanan darah rendah.
Baca juga: Ajaib! Bayi Usia 6 Bulan Ini Menang Lawan Operasi Jantung dan Covid-19
Dr. Zucker, komisioner kesehatan negara bagian, mengatakan bahwa virus itu menyerang organ-organ yang berbeda, termasuk lapisan pembuluh darah, sesuatu yang diyakini oleh beberapa dokter mungkin berkontribusi terhadap pembekuan darah pada beberapa pasien virus corona.
“Apa yang telah kami lihat adalah bahwa ada beberapa anak yang mungkin mengalami peradangan pada pembuluh darah itu, dan sedang mengembangkan sindrom seperti syok toxic,” katanya.
Zucker mengatakan, departemen kesehatan negara bagian itu juga mengamati kasus-kasus seperti Kawasaki pada anak-anak dan remaja di Eropa, yang menjadi subjek webinar internasional di akhir pekan pada awal mei lalu.
“Sejauh ini, dari apa yang kami pahami, ini adalah komplikasi langka pada populasi anak yang mereka yakini terkait dengan Covid-19,” kata Dr. Zucker, menambahkan, “Kami mengikutinya dengan sangat cermat.” *
Editor: Ade Irwansyah