Topcareer.id – Banyak perusahaan merekrut pegawai baru berdasarkan nilai IPK dan ijazah sarjana yang dimiliki kandidat. Semakin tinggi ijazah dan nilai mereka, ditambah jika lulusan universitas ternama, akan lebih mudah mendapat pekerjaa.
Namun, hal itu tak berlaku di Google dalam merekrut pegawai barunya. Atribut-atribut inti yang dicari Google ketika merekrut berbeda dengan banyak perusahaan pada umumnya.
Di Google, nilai IPK tinggi atau lulusan dari universitas ternama tidak berharga sebagai kriteria untuk perekrutan, dan skor tes pun tidak berharga. Tampaknya Google tidak memprediksi apa pun.
Lalu apa saja kriteria yang digunakan oleh google dalam merekrut karyawan barunya? Seperti dikutip dari Forbes.com, Senin (26/5/2020) berikut ini ada lima kriteria yang digunakan Google ketika mengevaluasi kandidat pekerja barunya.
Baca juga: Google dan Facebook Persiapkan Karyawannya WFH Sepanjang Tahun 2020
Keahlian
Kecuali untuk memastikan bahwa orang-orang di pekerjaan teknis memiliki kemampuan coding, poin keahlian ini berada di urutan terbelakang. Mereka telah menemukan bahwa atribut lainnya jauh melebihi keahlian dalam hal memprediksi kemampuan yang menurut Google dibutuhkan oleh karyawan mereka.
Google merasa para ahli secara default memiliki kebiasaan melakukan trial and error. Ketika orang mengidentifikasi dirinya sebagai “ahli” atau “sangat berpengalaman,” sangat mungkin mereka akan mati-matian mempertahankan sudut pandang mereka ketika ditanya tentang solusi. Mereka cenderung menjadi otoriter daripada bekerjasama menemukan solusi yang lebih baik.
Rasa memiliki
Di Google, mereka mencari orang-orang yang mempunyai rasa memiliki pada perusahaannya supaya bisa lebih bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah dan memajukan perusahaan. Perusahaan akan rugi besar jika memiliki karyawan yang hanya bisa melakukan tugas secara pasif.
Google membutuhkan orang-orang yang secara internal termotivasi untuk mencari cara agar membuat segalanya di perusahaan menjadi lebih baik.
Cari tahu lebih jauh di halaman berikutnya>>