Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Friday, November 22, 2024
idtopcareer@gmail.com
Lifestyle

Death Wish, Kopi dengan Kafein Terkuat di Dunia. Hingga 200% Lebih Banyak

Kopi Death Wish. (dok.

Topcareer.id – Perusahaan kopi di Amerika Serikat Death Wish, mengklaim memproduksi kopi organik panggang premium paling berkafein di dunia.

Merek tersebut menampilkan gambar tengkorak hitam yang mengancam dan tulang bersilang. Mereka menggunakan biji kopi yang mengandung hampir 200% dari jumlah kafein yang ditemukan di kafe-kafe kopi biasa.

Sebagai perbandingan, tinggi, kopi Starbucks biasa mengandung rata-rata 260 mg kafein, kopi Death Wish membuat di setiap cangkirnya mengandung kafein sekitar 520mg.

Ditemukan pertama kali pada tahun 2012. Kopi yang dijual seharga USD 19,99 per 1/2 kg ini ditanam secara organik, dan diperdagangkan secara adil menurut perusahaan.

Baca juga: Awas! Minum 3 Cangkir Kopi Sehari Bisa Memicu Migrain

Kopi ini dikatakan memiliki rasa penuh biji kopi Arabika panggang. Death Wish menyatakan bahwa biji kopi panggang yang gelap biasanya mengandung lebih sedikit kafein daripada yang dipanggang dengan lebih ringan.

“Semakin lama dan semakin gelap Anda memanggang biji kopi, semakin banyak kafein yang dibuang,” kata mereka di situs web mereka.

Banyak penikmat kopi yang puas dan memberikannya lima dari lima bintang di Amazon.com. “Bukan hanya sebagai kopi terkuat yang pernah kumiliki, tetapi juga merupakan salah satu yang paling enak dan beraroma,” kata seorang penikmat kopi.

Baca juga: Berhenti Minum Kopi? Waspadai Gejala Caffeine Withdrawal

“Pada awalnya saya berpikir bahwa itu akan menjadi sangat kuat sehingga saya tidak dapat minum.. tetapi ternyata kopi ini sangat lembut dan halus serta memberikan dorongan energi yang besar!” penikmat kopi lainnya menulis ulasannya di Amazon.

Perusahaan menawarkan jaminan uang kembali dengan penjualannya jika kualitas kafein kopi tidak sesuai dengan iklan di situs webnya. Berminat? *

Editor: Ade Irwansyah

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply