Topcareer.id – Pengeluaran rumah tangga di Jepang turun pada laju tercepat pada Mei karena konsumen mematuhi seruan pihak berwenang untuk tetap di rumah demi menahan pandemi virus corona, mendorong ekonomi terbesar ketiga di dunia itu semakin dalam ke penurunan.
Penurunan pengeluaran yang besar akan menambah tekanan pada pembuat kebijakan untuk meningkatkan langkah-langkah memulihkan kepercayaan di kalangan bisnis dan khususnya konsumen.
Pengeluaran rumah tangga merosot 16,2 persen pada Mei dari tahun sebelumnya, data pemerintah menunjukkan pada Selasa (7/7/2020), jatuh pada laju tercepat sejak data yang sebanding tersedia pada 2001.
Baca juga: Bantu Riset Tangani Covid-19, Jepang Ciptakan Komputer Super Cepat
Penurunan tersebut, yang lebih besar dari perkiraan pasar rata-rata, penurunan 12,2 persen, mengikuti penurunan 11,1 persen pada April.
Pemulihan belanja diperkirakan akan rapuh dan membutuhkan waktu karena rumah tangga masih enggan untuk melonggarkan dompet bahkan setelah keadaan darurat nasional dicabut pada bulan Mei.
Data menunjukkan pemotongan besar dalam pengeluaran untuk hotel, transportasi dan makan di luar saat orang-orang tinggal di rumah. Namun, Bank of Japan memprediksi bahwa perekonomian akan secara bertahap pulih akhir tahun ini.
Baca juga: New Normal Ala Jepang: Dilarang Teriak Saat Naik Roller Coaster
Di sisi lain, kebijakan tetap di rumah saja mendorong pengeluaran untuk daging babi dan sapi, alkohol dan barang-barang sanitasi seperti masker wajah.
Secara keseluruhan, prospek pengeluaran rumah tangga redup untuk beberapa bulan ke depan karena penurunan ekonomi yang diperkirakan akan terjadi karena kehilangan pekerjaan, yang membebani sentimen.
Data terpisah menunjukkan bahwa upah riil yang disesuaikan dengan inflasi bulan Mei turun pada laju tercepat sejak Juni 2015, sebagai tanda tekanan di pasar tenaga kerja. *
Editor: Ade Irwansyah