Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Thursday, April 18, 2024
redaksi@topcareer.id
Tren

Penelitian: Lebih dari 80% Penderita Covid-19 Tidak Memiliki Gejala Utama

Contoh hasil rapid test corona. (dok. ANTARA FOTO/Jojon/foc.)

Topcareer.id – Sebuah penelitian di Inggris menemukan bahwa lebih dari dua pertiga orang yang dites positif terkena virus corona tidak menunjukkan gejala pada hari mereka melakukan tes. Ini menunjukkan bahwa silent spreader lebih umum dari yang diperkirakan sebelumnya.

Peneliti University College London mempelajari data yang dikumpulkan oleh badan statistik Inggris, Office for National Statistics, terkait pengujian virus corona dari ribuan rumah tangga Inggris selama pandemi sebagai bagian dari survei infeksi. Survei tersebut menguji rumah tangga apakah mereka mengalami gejala atau tidak.

Studi tersebut, yang ditinjau oleh sejawat, mengamati 36.061 orang yang melakukan tes virus corona sebagai bagian dari survei infeksi antara 26 April dan 27 Juni 2020. Ditemukan bahwa 86,1% dari mereka yang dites positif terkena virus tidak melaporkan inti gejala yang terkait dengan virus (batuk, demam atau hilangnya indera perasa dan/atau bau) pada hari mereka menjalani tes.

Baca Juga: Meski Telah Sembuh, Penderita Covid-19 Tetap Rasakan Keluhan Selama Berbulan-bulan

Dari 115 orang yang mendapat hasil positif virus corona, hanya 16 yang melaporkan gejala utama yang dikaitkan dengan virus tersebut.

Peneliti Irene Petersen dan Andrew Phillips menyimpulkan dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Epidemiology pada Kamis (8/10/2020), bahwa gejala Covid-19 adalah penanda yang buruk dari SARS-CoV-2 (virus corona baru).

“Untuk mengurangi penularan SARS-CoV-2, penting untuk mengidentifikasi mereka yang tertular. Namun, sedikit yang diketahui tentang berapa proporsi orang yang menularkan yang asimtomatik dan berpotensi menjadi silent transmitters.”, catat para peneliti, mengutip CNBC.

“Hasil penelitian menunjukkan program pengujian yang lebih luas diperlukan untuk menangkap ‘silent transmission’ dan berpotensi mencegah dan mengurangi wabah di masa depan,” kata mereka.

Rezim pengujian memiliki kesuksesan yang beragam di Eropa. Sementara Jerman telah dipuji karena program pengujian yang ekstensif dan sistem pelacakan dan pelacakan untuk menahan wabah.**(RW)

Leave a Reply