Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Saturday, April 20, 2024
redaksi@topcareer.id
Covid-19

Studi: Varian Delta Gandakan Risiko Rawat Inap di RS

aturan baru PPKM di mana kegiatan masyarakat rata-rata dengan kapasitas 100 persen.Ilustrasi. Pixabay

Topcareer.id – Sebuah penelitian di Skotlandia menemukan bahwa varian virus corona Delta menggandakan risiko rawat inap dibandingkan dengan varian dominan sebelumnya di Inggris, tetapi dua dosis vaksin masih memberikan perlindungan yang kuat.

Studi tersebut mengatakan bukti awal menunjukkan perlindungan dari vaksin terhadap varian Delta, yang pertama kali diidentifikasi di India, mungkin lebih rendah daripada varian Alpha, yang pertama kali diidentifikasi di Kent, Inggris tenggara.

Studi yang diterbitkan dalam sebuah surat penelitian di The Lancet pada Senin (14/6/2021), mengamati 19.543 kasus komunitas dan 377 rawat inap di antara 5,4 juta orang di Skotlandia, di mana 7.723 kasus dan 1.234 rawat inap ditemukan memiliki varian Delta.

Chris Robertson, profesor epidemiologi kesehatan masyarakat di University of Strathclyde mengatakan, menyesuaikan usia dan komorbiditas, varian Delta secara kasar menggandakan risiko masuk rumah sakit, tetapi vaksin masih mengurangi risiko itu.

Baca juga: Fix, Kuota Haji 2021 Cuma Untuk 2 Kelompok Ini

“Jika kamu dites positif, maka dua dosis vaksin atau satu dosis selama 28 hari secara kasar mengurangi risikomu dirawat di rumah sakit hingga 70 persen,” kata dia kepada wartawan, dikutip laman Aljazeera.

Dua minggu setelah dosis kedua, vaksin Pfizer-BioNTech ditemukan memiliki 79 persen perlindungan terhadap infeksi dari varian Delta, dibandingkan dengan 92 persen terhadap varian Alpha.

Untuk vaksin Oxford-AstraZeneca, ada 60 persen perlindungan terhadap Delta dibandingkan dengan 73 persen untuk Alpha.

“Vaksin Oxford–AstraZeneca tampak kurang efektif daripada vaksin Pfizer–BioNTech dalam mencegah infeksi SARS-CoV-2 pada mereka yang memiliki varian Delta yang menjadi perhatian,” tulis para penulis dalam artikel The Lancet.

Namun, mereka menambahkan mengingat sifat observasional dari data ini, perkiraan efektivitas vaksin perlu ditafsirkan dengan hati-hati.

Leave a Reply