Topcareer.id – Rencana pemerintahan Biden di AS untuk menyediakan booster vaksin COVID-19 didasarkan pada kekhawatiran adanya penurunan kemampuan vaksin untuk melindungi dari infeksi, Kamis (19/8).
Banyak ilmuwan di AS yang mempertanyakannya dan menganggap itu merupakan sebuah premis dari Presiden Joe Biden yang belum terbukti.
Pejabat AS pada hari Rabu (19/8) mengatakan booster akan tersedia secara luas mulai tanggal 20 September, mengutip data yang menunjukkan berkurangnya perlindungan terhadap penyakit ringan dan sedang dari vaksin Pfizer serta Moderna lebih dari enam bulan setelah inokulasi.
Dosis tambahan ini akan ditawarkan kepada orang-orang yang menerima inokulasi awal mereka setidaknya delapan bulan sebelumnya.
“Data terbaru memperjelas bahwa perlindungan terhadap penyakit ringan dan sedang telah menurun dari waktu ke waktu. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh melemahnya kekebalan dan kekuatan varian Delta yang meluas,” kata Ahli Bedah Umum AS Vivek Murthy kepada wartawan.
“Kami khawatir bahwa pola penurunan yang kami lihat ini akan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan, yang dapat menyebabkan berkurangnya perlindungan terhadap penyakit parah, rawat inap, dan kematian.”
Data tentang apa yang disebut infeksi “terobosan” pada orang yang divaksinasi menunjukkan bahwa orang Amerika yang lebih tua sejauh ini paling rentan terhadap penyakit parah.
Pada 9 Agustus, hampir 74% dari 8.054 orang yang divaksinasi yang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19 berusia di atas 65 tahun, dan hampir 20% dari kasus tersebut berakhir dengan kematian.
Berdasarkan data yang tersedia tentang perlindungan vaksin, tidak jelas bahwa orang yang lebih muda dan lebih sehat akan berisiko.
“Kami tidak tahu apakah itu berarti ada masalah dengan vaksin yang seharusnya melindungi dari rawat inap, kematian, dan penyakit serius. Untuk itu, peninjauan masih berlanjut,” kata Dr. Jesse Goodman, seorang ahli penyakit menular di Universitas Georgetown di Washington dan mantan kepala ilmuwan di Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).
Baca juga: WHO Minta Vaksin Booster COVID-19 Dihentikan Sementara
Pakar lain mengatakan rencana AS yang ngotot mengadakan vaksin booster masih memerlukan pemeriksaan menyeluruh oleh FDA dan panel penasihat luar untuk CDC.
Pertemuan para penasihat tersebut untuk membahas booster yang seharusnya berlangsung 24 Agustus masih dijadwalkan ulang.
Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan yang mengawasi CDC dan FDA belum bisa menanggapi permintaan komentar.
Beberapa ahli mempertanyakan mengapa terlalu fokus pada suntikan booster ketika sekitar 30% orang Amerika yang memenuhi syarat masih belum mendapatkan dosis vaksin pertama.
“Hal yang lebih penting, menurut saya, pada titik ini daripada booster adalah memastikan kita mendapatkan vaksin di kelompok mana pun yang belum memilikinya secepat mungkin,” kata Dr. Dan McQuillen, spesialis penyakit menular di Burlington, Massachusetts, dan presiden baru dari Infectious Diseases Society of America.
Semua ahli yang diwawancarai oleh Reuters juga menekankan perlunya menyuntik sejumlah besar orang di seluruh dunia yang belum mendapat vaksin COVID-19.**(Feb)