Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Thursday, April 25, 2024
redaksi@topcareer.id
Covid-19

Gambaran Derita Pekerja Migran Indonesia di Tengah Gelombang V Omicron Hong Kong

Topcareer.id – Sebut saja namanya Mawar. Ia adalah salah satu pekerja migran di Hong Kong yang mengalami nasib kurang baik akibat meledaknya Gelombang V Covid-19 varian Omicron di sana.

Nasib perihnya bermula ketika majikan Mawar positif terkena omicron dengan tes antigen. Kala itu, Mawar dinyatakan negatif walaupun merasakan gejala-gejala seperti tidak enak badan, lemah, dan pegal-pegal seperti meriang.

Dalam situasi tersebut, Mawar dan anak-anak dititipkan di rumah saudara majikan. Akan tetapi, keadaan ini tidak berlangsung lama. Tes terbaru membuktikan Mawar positif omicron sehingga harus keluar dari rumah majikan.

Ia sempat luntang-lantung sebelum akhirnya Peduli Kasih Hong Kong menjemput dan menyediakan shelter untuknya.

Namun, meski perawatannya baik, dan Mawar mampu pulih, masalah baru kembali muncul di hidupnya.

Pemutusan kerja yang ia alami membuatnya bersedih. Ia hanya bisa berusaha mencari majikan baru, atau terpaksa pulang ke Tanah Air.

Ya, kisah Mawar tadi adalah satu dari sekian banyak nasib malang yang dialami para pekerja migran indonesia akibat meledaknya omicron di Hong Kong.

Berbagai kesulitan sebenarnya sudah dialami oleh mereka sejak 2020 lalu, ketika pandemi pertama kali terjadi. Namun, hingga kini, permasalahan tersebut belum juga memudar, bahkan kian pelik.

“(Akibat pandemi) jam kerjanya lebih panjang, pekerjaannya lebih banyak, kemudian mungkin jam istirahatnya berarti menjadi lebih pendek,” ujar Anastasia Purnomo dari Peduli Kasih Hong Kong, dalam acara MIGRANT TALK yang digelar pada Kamis (31/4) kemarin.

“Mereka juga mengalami tekanan-tekanan finansial, dimana mereka harus mencari membeli masker dan hand sanitizer sendiri. Mereka juga harus beli vitamin makanan sehat sendiri. Padahal, ada permintaan dari keluarga di Indonesia untuk mungkin mengirim uang lebih karena keluarga di Indonesia juga terdampak dari pandemi Covid-19,” tambahnya.

Anastasia menambahkan, selain mengalami tekanan fisik dan tekanan finansial, mereka juga mengalami tekanan mental dan emosional.

Mereka dituntut untuk bekerja lebih panjang, sehingga secara fisik dan emosional mereka juga lebih lelah.

Selain itu, dalam beberapa kasus, mereka juga tidak mendapatkan hak libur atau tidak diperbolehkan keluar rumah pada saat hari libur, sehingga mereka tidak bisa beristirahat atau melakukan kegiatan sosial yang biasa mereka lakukan.

Baca juga:

Semua ini diperparah dengan kecemasan-kecemasan lain, misalnya kalau sampai mereka terinfeksi, dan harus keluar dari rumah majikan, sementara mereka tidak punya tempat berteduh lain selain rumah majikannya tersebut.

Dukungan di tengah Gelombang V Omicron Hong Kong

Dengan jauhnya para pekerja migran dari keluarga mereka, keluarga majikan tentu menjadi salah satu tempat berlindung yang bisa mereka dapatkan ketika bekerja di Hong Kong.

Sayangnya banyak di antara mereka yang tak mendapatkan dukungan itu, dan justru malah diasingkan sehingga mereka bingung harus kemana.

Di sinilah, dukungan sosial begitu diperlukan. Dan hal inilah yang dilakukan oleh sejumlah organisasi sosial di sana, termasuk Peduli Kasih Hong Kong.

Yang patut disyukuri, semua langkah-langkah sosial tersebut mendapat dukungan dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong.

“Sejauh ini KJRI menurut saya sudah cukup tanggap, terutama dalam omicron ini. Pada saat kami mengatakan, kami butuh bantuan, KJRI langsung mengatakan, “baik, kebutuhan apa yang diperlukan,” dan keesokan harinya, mereka akan langsung mengirimkan bantuan,” tegas Anastasia.

“Jadi mereka mendengarkan dan mereka merespon secepat mungkin. Jadi dalam hal ini, KJRI berusaha untuk membantu apapun yang mereka bisa bantu.”

Migrant Talk: Nasib PMI di Tengah Gelombang V Omicron Hong Kong menghadirkan dua narasumber yakni Anastasia Purnomo (Peduli Kasih Hong Kong), Rm. Heribertus Mangkur, CS, (Magister Sosiologi di University of the Philippines), serta Fajar Santoadi (Project Manager Tenaganita) sebagai moderator.

Untuk diskusi lengkapnya, silahkan lihat melalui video di bawah ini.

the authorFeby Ferdian

Leave a Reply