Topcareer.id – Perlu deteksi dini agar penyakit ginjal bisa diketahui untuk mencegah terjadinya gangguan ginjal kronis. Apalagi, saat ini gejala penyakit ginjal kronis sering kali tidak terasa di awal, tiba-tiba pasien mengeluhkan sakit ginjal setelah stadium lanjut.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Dr. Eva Susanti mengatakan bahwa prevalensi penyakit ginjal kronis pada umur di atas 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter di tahun 2018 sebesar 3,8 per mil atau 739.2008 jiwa.
Jumlah tersebut, kata dia, paling tinggi terjadi pada rentang usia 65 sampai 74 tahun, kemudian diikuti usia lebih dari 75 tahun ke atas, dan usia 55 sampai 64.
Pengobatan untuk penyakit tidak menular ini menyebabkan pembiayaan yang tinggi, dan untuk penyakit ginjal menghabiskan anggaran sekitar Rp.1,9 triliun lebih.
Penyakit ginjal kronis merupakan suatu kerusakan ginjal baik struktural maupun fungsional yang terjadi sudah lebih dari 3 bulan dan berlangsung progressive atau semakin lama semakin memburuk.
Perwakilan dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) Dr. dr. Wachid Putranto menyampaikan, gejala dari penyakit ginjal kronis seringkali tanpa gejala. Munculnya gejala terjadi pada stadium yang sudah lanjut biasanya sudah stadium 4 atau stadium 5.
Baca juga: 4 Cara Yang Bisa Dilakukan Dari Sekarang Biar Otak Nggak Cepat Tua
“Ini yang menyebabkan pentingnya kita melakukan deteksi dini jangan sampai pasien sudah ada gejala baru periksa kemudian ternyata sudah stadium lanjut,” ucap dr. Wachid dalam pers rilis, dikutip Kamis (9/3/2023).
Deteksi dini gangguan ginjal adalah harus waspada bila air kencing berbusa, berwarna merah saat buang air kecil, atau pada pemeriksaan didapatkan adanya hipertensi.
Untuk pencegahan terutama harus menerapkan pola hidup sehat. Hal yang sangat penting adalah menghindari minum obat sembarangan seperti obat anti nyeri atau obat asam urat tanpa resep dokter.
Dengan obat apapun seseorang yang sudah didiagnosis sebagai penyakit ginjal kronis tetap suatu saat akan memburuk atau stadiumnya akan terus naik dari stadium 1 sampai 5. Pada stadium 5 pasien harus menjalani cuci darah atau terapi pengganti ginjal.
Provinsi yang paling tertinggi ada di Kalimantan Utara, diikuti Maluku, kemudian Sulawesi Utara. Sementara yang terendah kasus penyakit ginjal kronis ada di Sulawesi Barat, diikuti Banten, kemudian Riau.