Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Thursday, May 9, 2024
redaksi@topcareer.id
Tren

Pancaroba, Masyarakat Diminta Waspada Hujan Lebat Hingga Puting Beliung

Ilustrasi memasuki musim pancaroba, masyarakat diminta waspada hujan lebat hingga puting beliungIlustrasi memasuki musim pancaroba, masyarakat diminta waspada hujan lebat hingga puting beliung. (medium)

Topcareer.id – Memasuki periode pancaroba (peralihan musim), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem. Periode Pancaroba diperkirakan berlangsung pada Maret-April 2024.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa masyarakat perlu melakukan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat.

“Selama periode pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es,” kata Kepala BMKG dikutip siaran pers, Rabu (28/2/2024).

Lebih lanjut Dwikorita mengatakan bahwa berdasarkan analisa dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG, saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian Selatan Indonesia.

Hal ini, kata dia, mengindikasikan bahwa wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim di bulan Maret hingga April.

Dwikorita menjelaskan, salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.

Baca juga: BMKG: Potensi Cuaca Ekstrem Masih Perlu Diwaspadai Di Januari 2024

Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.

Selanjutnya, karakteristik hujan pada periode ini, cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkatkan.

“Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas,” ujar Dwikorita.

“Curah hujan yang lebat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan yang rawan longsor, kami juga mengimbau untuk waspada dan berhati-hati,” pungkas dia.

Leave a Reply