Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Thursday, April 25, 2024
redaksi@topcareer.id
Komunitas

Reuni Alumni, STF Driyarkara Tunjukkan Diri Bukan Sekolah Tanpa Faedah

Topcareer.id – Inilah momen pertama kalinya para alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara berkumpul. Sejak dibentuk Ikatan Keluarga Alumni Driyarkara pada 11 November 2017, komunitas intelektual ini baru bisa mengadakan reuni di akhir Agustus kemarin di Kampus STF Driyarkara.

Sejak pagi hingga menjelang sore, halaman kampus yang berada di Cempaka Putih Indah 100 A, Jembatan Serong, Rawasari, Jakarta Pusat ini ramai pengunjung meski tidak penuh sesak. “Ini baru pertama kali kegiatan reuni ini dilaksanakan. Sekaligus untuk merayakan 50 tahun berdirinya sekolah ini,”ujar Wakil Ketua II Romo Nugroho Widiyono, SJ, Sabtu (31/8/2019). Nugroho menegaskan, kegiatan ini sepenuhnya ditangani oleh para alumnus yang menyumbangkan berbagai macam hal sesuai kemampuannya masing-masing.

Bintang utama kali ini Romo GP Sindhunata SJ yang didapuk untuk memulai acara dengan membagi pengalaman saat pertama kali merasakan sekolah di kampus yang awalnya didirikan untuk para frater alias calon imam. Jesuit satu ini merupakan sarjana filsafat pertama STF Driyarkara.

Sindhu yang mendapat gelar doktornya dari Hochschule für Philosophie, München, Jerman pada 1992 ini mengungkapkan kisah pertama kali belajar di kampus STF. “Tidak ada yang kuliah. Yang ada kami harus belajar sendiri membaca buku. Tebal tipisnya buku itu akan dihitung sebagai SKS,”ujarnya.

Karena Sindhu senang membaca, maka kalau hanya satu buku tidak cukup. “Akhirnya Rm Magnis yang membimbing waktu itu memberi buku banyak untuk diselesaikan. Dibaca dan dibuat laporannya,”ujarnya.

Hingga kini kebiasaan mengajar semacam ini tetap dijalankan meski sistem belajarnya sudah sedikit berbeda. Namun, aktivitas membaca buku tetap menjadi senjata utama para calon filsuf dan pemikir ini.

Foto : Istimewa

Bukan Sekolah Tanpa Faedah
Dalam perjalanan selanjutnya, rupanya STF tak hanya menjadi tempat belajar bagi para calon pastor untuk ordo Jesuit, Fransiskan, Xaverian, SDB atau yang lainnya. STF Driyarkara juga menerima mahasiswa awam entah itu pria atau wanita.

Maka, tak heran selama 50 tahun berdiri banyak lulusan yang sekarang sudah berkarya di berbagai bidang entah itu media sebagai wartawan, peneliti, dosen, aktivis, pengamat politik, politikus, seniman, budayawan, bankir, programer di bidang teknologi informasi dan lain sebagainya.

Banyak tokoh nasional dan praktisi yang pernah belajar di kampus ini. Sebut saja Anggota DPR empat periode Joseph Umar Hadi, Direktur NU Online Savic Ali, Seniman Ayu Utami, Pengamat Politik Lucius Karus, Wakil Pemimpin Redaksi Okezone.com (MNC Group) Abdi Susanto, Sastrawan Banten Chavchay Syaifullah, dan masih banyak lagi yang bisa disebut. Mereka aktif dan profesional di bidangnya masing-masing.

Jadi, rupanya guyonan atau candaan yang kerap dilontarkan para mahasiswa pada sekolahnya dengan menyebut ‘Sekolah Tanpa Faedah’ (sekolah tanpa manfaat) sebagai kepanjangan STF sebenarnya telah dihapus sendiri oleh mereka yang dulu pernah mencandainya.

STF Driyarkara bukanlah sekolah tanpa faedah, tapi telah menjadi tempat penggodhogan para pemikir dan tokoh. “Jadi, siapa pun bisa belajar filsafat. Dan lulusan filsafat bisa bekerja di sebagian besar area kerja yang ada di Indonesia bahkan di luar negeri karena filsafat adalah ilmu dari segala ilmu.” ujar Wakil Pemimpin Redaksi Okezone.com, Abdi Susanto

the authorRetno Wulandari

Leave a Reply