Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Sunday, November 24, 2024
idtopcareer@gmail.com
Lifestyle

Hari Guru Nasional 2019: Nostalgia Laskar Pelangi, Film Indonesia Terbaik Tentang Guru

Adegan film Laskar Pelangi. (dok. Miles Films)

Topcareer.id – Setiap 25 November diperingati sebagai hari bagi guru. Tanggal itu ditetapkan sebagai tanda berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sekaligus Hari Guru Nasional. Nah, terkait itu, jagat sinema kita juga tak luput menyuguhkan cerita tentang guru. Salah satu yang terbaik adalah Laskar Pelangi (2008) karya Riri Riza.

Riri mengangkat cerita dari novel berjudul sama yang ditulis Andrea Hirata. Sebelum difilmkan, novelnya sendiri merupakan fenomena best seller nasional, bahkan disebut salah satu buku paling berpengaruh di negeri ini.

Mengekor bukunya, seolah filmnya pun punya takdir sama. Saat edar, filmnya mengumpulkan 4,6 juta penonton, angka raihan tertinggi jumlah penonton sepanjang masa yang bertahan hampir sepuluh tahun.

Baca juga: Hari Ayah Nasional: Ini 5 Ayah Terbaik dalam Film

Film diawali adegan Ikal dewasa (Lukman Sardi) pulang kampung ke Belitong. Dari dalam bus Ikal memandang keluar sambil mengenang masa kecilnya.

Dari sini film beranjak ke bagian awal novel: hari pertama sekolah buat anak-anak SD Muhammadiyah di sebuah desa terpencil di Belitong, di pertengahan 1970-an. Tapi sebelumnya, Riri menyelipkan adegan yang tak ada di novel: kesibukan keluarga Ikal kecil bersiap-siap mengantarnya ke sekolah. Sang ayah (Mathias Muchus) berdandan rapi dengan stelan seragam buruh PN Timah. Sedang Ikal merengut di sudut ruangan karena harus memakai sepatu perempuan (milik kakaknya?).

Ini sebuah potret untuk menunjukkan kemiskinan kaum buruh di sana. Mereka tak sanggup membelikan sepatu baru bagi anak mereka yang ingin bersekolah.

Baca juga: Butuh Motivasi Kerja? Tonton 5 Film Ini

Kisah dalam novel yang mencakup setiap murid-murid SD Muhammadiyah teman sekelas Ikal, ia peras jadi kisah tentang 3 murid, Ikal (Zulfanny), Lintang (Ferdian), dan Mahar (Verrys Yamarno) plus 2 pengajar SD Muhammadiyah, Kepala Sekolah Pak Harfan (Ikranegara) dan Bus Muslimah (Cut Mini).

Riri juga memasukkan tokoh-tokoh yang sebenarnya tak muncul di novel. Ada Bakri (Rifnu T. Wikana), rekan sesama guru di SD Muhammadiyah yang memilih pindah mengajar di SD lain; Pak Zul (Slamet Rahardjo), petinggi PN Timah yang bersimpati pada SD Muhammadiyah hingga sering mengirim beras bagi guru-guru di situ; dan Pak Mahmud (Tora Sudiro), guru SD PN Timah yang menaruh hati pada Bu Muslimah.

Adegan film Laskar Pelangi (2008). (dok. Miles Films)

Keluar dari kemiskinan lewat pendidikan

Dari karakter-karakter di atas diperoleh kisah yang intinya seperti ini: di sebuah desa di Belitong yang dirasuki kemiskinan hingga ke akarnya, berdirilah sebuah SD reyot dengan 2 pengajar yang berdedikasi (Pak Harfan dan Bu Muslimah). Murid-murid SD reyot itu menikmati hari-hari bersekolah mereka di tengah keterbatasan yang ada.

Keceriaan itu tak mungkin ada bila guru macam Bu Muslimah tak berhasil menginspirasi murid-muridnya. Di film ini,sekolah menjadi oase bagi bocah-bocah miskin tersebut.

Baca juga: Review Susi Susanti: Love All, Bukan Film Biopik Biasa

Dari SD reyot itu malah muncul mutiara-mutiara yang berhasil membangkitkan kebanggaan kaum miskin. Tentu dengan mengalahkan sekolah PN Timah, perlambang kaum kaya. Baik dalam bidang kesenian (Mahar berhasil mengalahkan tim marching band SD PN Timah dengan tarian suku Afrika-nya) maupun ilmu pengetahuan (Lintang tampil memukau saat cerdas cermat).

Kita tahu berkat inspirasi saat masih SD itu, Ikal diterima melanjutkan kuliah ke Perancis. Sedang Lintang yang mesti berhenti sekolah saat kecil, melanjutkan mimpi pada anaknya. Ya, inilah cara manis Riri untuk tak membuat orang-orang miskin itu kalah.

Pesan film ini jelas: pendidikan menjadi jalan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan, dan guru menjadi salah satu penggerak rodanya. Selamat Hari Guru Nasional.*

Editor: Feby Ferdian

the authorAde Irwansyah

Leave a Reply