Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Wednesday, May 22, 2024
redaksi@topcareer.id
Profesional

Menyimak Perkembangan Film Nasional dari Tahun Ke Tahun

Sumber foto: Dictio.id

Periode 1965 – 1970
Gejolak politik yang diakibatkan oleh peristiwa G30S PKI membuat pengusaha bioskop mengalami dilema karena mekanisme peredaran film rusak akibat adanya gerakan anti imperialisme, sedangkan produksi film nasional masih sedikit sehingga pasokan untuk bioskop tidak mencukupi.

Kebijakan pemerintah untuk mengadakan sanering pada tahun 1966 juga menyebabkan inflasi besar-besaran dan melumpuhkan daya beli masyarakat. Pada akhir era ini, perfilman Indonesia terbantu dengan banyaknya film impor sehingga memulihkan bisnis perbioskopan dan meningkatkan jumlah penonton.

Periode 1970 – 1991
Pada era ini perfilman bioskop mengalami kemajuan, meski harus mengalami persaingan dengan televisi (TVRI). Pada tahun 1978, didirikanlah Cineplex Djakarta Theater oleh pengusaha Indonesia, Sudwikatmono menyusul dibangunnya Studio 21 pada tahun 1987.

Akibatnya, terjadi monopoli dan krisis bagi bioskop-bioskop kecil lantaran jumlah penonton terserap oleh bioskop besar. Pada masa ini, juga muncul fenomena pembajakan video tape.

Periode 1991 – 1998
Di Periode ini, perfilman Indonesia bisa dikatakan mengalami mati suri dan hanya mampu memproduksi 2-3 film tiap tahun. Selain itu film-film Indonesia didominasi oleh film-film bertema seks yang meresahkan masyarakat. Kematian industri film ini juga ditunjang pesatnya perkembangan televisi swasta, serta munculnya teknologi VCD, LD dan DVD yang menjadi pesaing baru.

Pada era ini, lahir UU No 8 Tahun 1992 tentang Perfilman yang mengatur peniadaan kewajiban izin produksi yang turut menyumbang surutnya produksi film. Bahkan, sejak Departemen Penerangan dibubarkan, nyaris tak ada lagi otoritas yang mengurusi dan bertanggungjawab terhadap proses produksi film nasional.

Buku mengenai perfilman Indonesia “Layar Perak: 90 Tahun Bioskop di Indonesia” terbit pada tahun 1992 dan mengupas tahapan perfilman Indonesia hanya sampai periode 1991.

Periode 1998 – sekarang
Era ini dianggap sebagai era kebangkitan perfilman nasional. Kebangkitan ini ditunjukkan dari kondisi perfilman Indonesia yang mengalami pertumbuhan, serta jumlah produksi yang menggembirakan.

Film pertama yang muncul di era ini adalah Cinta dalam Sepotong Roti karya Garin Nugroho. Setelah itu, muncul Mira Lesmana dengan Petualangan Sherina dan Rudi Soedjarwo dengan Ada Apa dengan Cinta? (AADC) yang sukses di pasaran.

Hingga saat ini, jumlah produksi film Indonesia terus meningkat pesat meski masih didominasi oleh tema-tema horor dan remaja.

Editor: Feby Ferdian

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply